PENGANTAR
Para panglima berusaha mengumpulkan bala tentara
sebanyak yang mereka mampu untuk menghadapi
musuh. Mereka mengira bahwa salah satu sebab
kemenangan di medan perang adalah kuantitas. Lain
halnya dengan Nabiyullah Yusya'. Allah membuka tanah
suci lewat tangannya untuk Bani Israil setelah Musa
‘Alayhi Salam. Yusya' tidak mementingkan jumlah besar
dalam menghadapi musuh. Dia lebih memperhatikan
kualitas pasukan perangnya. Oleh karena itu, dia
menyortir bala tentaranya dari prajurit-prajurit yang
hati mereka tertambat dengan urusan dunia yang telah
memenjarakan hati mereka.
Rasulullah menyampaikan kepada kita bahwa Yusya'
berperang dengan bala tentara tersebut untuk melawan
penduduk sebuah kota. Dia khawatir malam tiba sebelum
kemenangan diraih di tangan. Dia pun memohon kepada
Allah supaya menahan matahari, maka Dia menahannya
sampai kemenangan terwujud. Itu adalah salah satu ayat
Allah. Allah juga menunjukkan ayat-Nya yang lain,
melalui tangannya manakala terungkap orang-orang yang
menggelapkan harta rampasan perang dan Allah
memurkai mereka.
NASH HADIS
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahih masing-
masing dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah
bersabda, "Salah seorang Nabi berperang. Dia berkata
kepada kaumnya, 'Jangan mengikutiku orang yang
menikahi wanita sementara dia hendak membangun
rumah tangga dengannya dan dia belum membangunnya
dengannya, dan tidak juga seorang yang membangun
rumah tapi belum melengkapi atapnya. Tidak pula orang
yang telah membeli kambing atau unta betina yang
bunting sementara dia menunggu kelahirannya." Lalu
Nabi itu berperang. Dia mendekati sebuah desa pada
waktu shalat Ashar atau dekat waktu Ashar. Maka dia
berkata kepada matahari, "Sesungguhnya kamu
diperintahkan dan aku pun diperintahkan. Ya Allah,
tahanlah matahari untuk kami." Matahari tertahan dan
mereka meraih kemenangan.
Lalu dia mengumpulkan harta rampasan perang. Maka
datanglah api untuk melahapnya tetapi ia tidak bisa
memakannya. Nabi itu berkata, "Ada di antara kalian
yang menggelapkan harta rampasan perang, hendaknya
dari masing-masing kabilah ada satu orang yang
membaiatku." Maka tangan seorang laki-laki menempel
dengan tangannya dan dia berkata, "Kamu menggelapkan
harta rampasan perang. Hendaknya kabilahmu
membaiatku." Maka ada dua atau tiga orang yang
tangannya menempel dengan tangannya. Dia berkata,
"Kalian menggelapkan rampasan perang." Maka mereka
datang menyerahkan emas sebesar kepala sapi. Mereka
meletakkannya, lalu datanglah api dan memakannya.
Kemudian Allah menghalalkan harta rampasan perang
bagi kita. Dia mengetahui kelemahan dan
ketidakmampuan kita, maka Dia menghalalkannya untuk
kita.
TAKHRIJ HADIS
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fardhul
Khumus, bab sabda Nabi, "Dihalalkan harta rampasan
perang untuk kalian." (6/220, no. 3124). Diriwayatkan
oleh Bukhari secara ringkas dalam Kitab Nikah, bab
orang yang hendak berumah tangga sebelum perang,
9/223, no. 5157.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabul Jihad Was Siyar,
bab penghalalan harta rampasan perang, 3/1366, no.
1747. Ia pun terdapat di dalam Syarah Shahih Muslim
An-Nawawi, 12/409.
PENJELASAN HADIS
Rasulullah menyampaikan kepada kita bahwa salah
seorang Nabiyullah berperang untuk membuka sebuah
desa. Nabi ini adalah Yusya' bin Nun, salah seorang Nabi
Bani Israil16. Dia ini telah menyertai Musa dalam
hidupnya. Dia menemani Musa dalam perjalanannya
kepada Khidhir sebagaimana telah dijelaskan dalam
kisah Musa dan Khidhir. Allah memberinya wahyu setelah
Musa wafat dan Musa mengangkatnya sebagai
penerusnya di Bani Israil. Dialah pemimpin yang berkat
jasanya tanah suci bisa direbut kembali.
16 Hadis shahih menyatakan hal itu diriwayatkan oleh Ahmad dalam
Musnadnya. Lihat Fathul Bari, 6/221.
Nabiyullah Yusya' pada saat persiapannya menuju kota
yang hendak ditaklukkan dia berusaha supaya
pasukannya menjadi pasukan yang kuat dan tangguh.
Oleh karenanya, dia menyortir prajurit-prajurit yang bisa
menjadi biang kekalahan, karena hati mereka lebih
disibukkan oleh perkara dunia yang membelenggu hati
dan pikiran mereka. Yusya' mengeluarkan tiga kelompok
prajurit yang itu tidak diizinkan untuk pergi berperang.
Kelompok pertama adalah orang yang telah berakad
nikah tetapi belum menyentuh istrinya. Kelompok ini
tidak diragukan pastilah sangat tergantung hatinya
dengan istrinya, lebih-lebih jika dia masih muda.
Kelompok kedua adalah orang yang sibuk membangun
rumah dan belum menyelesaikan bangunannya.
Kelompok ketiga adalah orang yang membeli unta atau
domba bunting sementara dia menantikan kelahirannya.
Prinsip yang dipegang oleh Nabi ini menunjukkan bahwa
dia adalah panglima yang unggul, pemilik taktik jitu
dalam memimpin dan menyiapkan bala tentara sehingga
kemenangan bisa diwujudkan. Prajurit tidak menang
dengan jumlah besarnya, akan tetapi dengan kualitas.
Ini lebih penting daripada jumlah dan kuantitas.
Oleh karenanya, Yusya' mengeluarkan orang-orang yang
berhati sibuk dari pasukannya, yakni orang-orang yang
badannya di medan perang tetapi pikirannya bersama
istri yang belum disentuhnya atau rumah yang belum
diselesaikannya atau ternak yang ditunggu kelahirannya.
Apa yang dilakukan oleh Yusya' ini mirip dengan apa yang
dilakukan oleh Thalut ketika melarang pasukannya untuk
minum dari sungai kecuali orang yang menciduk air
dengan tangannya. Saat itu sedikit dari mereka yang
minum. Thalut telah membersihkan pasukannya dari
unsur-unsur pelemah yang menjadi titik kekalahan.
Allah telah menyampaikan kepada Rasul-Nya bahwa
mundurnya orang-orang munafik di perang Uhud
mengandung kebaikan bagi orang-orang mukmin. "Jika
mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka
tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan
tentu mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di
celah-celah barisanmu untuk mengadakan kekacauan di
antaramu." (QS. At-Taubah: 47)
Dengan pasukannya Yusya' berangkat ke kota yang
hendak ditaklukkannya.
Dia mendekati kota itu pada
waktu Ashar di hari yang sama. Ini berarti kesempatan
untuk membuka kota itu tidaklah banyak, karena
berperang di malam hari tidaklah mudah dan bisa jadi
hari itu adalah hari Jum'at. Dia harus menghentikan
perang begitu matahari terbenam, karena itu berarti
tiba pada hari Sabtu telah tiba dan perang di hari Sabtu
hukumnya haram bagi Bani Israil. Maka dia harus mundur
dari kota itu sebelum merebutnya, dan ini berarti
memberi peluang kepada penduduk kota untuk
memperkuat pasukannya, memperbaiki benteng-
bentengnya dan menambah kekuatan senjatanya. Yusya'
menghadap matahari dan berkata kepadanya, "Kamu
diperintahkan, aku juga diperintahkan." Kemudian Yusya'
berdoa kepada Allah, "Ya Allah, tahanlah ia untuk kami."
Allah mengabulkan permintaannya dan menunda
terbenamnya matahari hingga kemenangannya
diwujudkan.
Iman Yusya' begitu besar. Dia yakin kodrat Allah di atas
segala sesuatu. Dia mampu memanjangkan siang
sehingga kemenangan bisa diraih sebelum terbenamnya
matahari. Urusan seperti ini tidak sulit bagi Allah, dan
kita mengetahui pada hari ini bahwa siang dan malam
terjadi karena berputarnya bumi mengelilingi dirinya.
Dan sepertinya – ilmu yang sebenarnya berada di sisi
Allah – perputaran bumi berjalan lambat dengan kodrat
Allah hingga kemenangan terwujudkan.
Allah tidak menghalalkan harta rampasan perang bagi
umat manapun sebelum kita. Harta rampasan perang
dikumpulkan, lalu api turun dari langit dan
membakarnya kecuali tidak seorang pun dari pasukan
yang menggelapkannya. Jika harta rampasan perang ada
yang digelapkan, maka api menolak untuk melahapnya.
Ini berarti Allah tidak ridha kepada mereka.
Harta rampasan perang dikumpulkan, api pun turun
tetapi tidak memakan apa pun. Maka Yusya' berkata, "Di
antara kalian ada yang menggelapkan harta rampasan
perang." Untuk membongkarnya Yusya' menyuruh
masing-masing kabilah mengeluarkan satu orang untuk
membaiatnya. Maka tangannya menempel lengket di
tangan orang yang berasal dari kabilah yang
menggelapkan harta rampasan perang. Yusya' membaiat
anggota kabilah itu satu per satu. Tangannya lengket
dengan tangan dua atau tiga orang, dan Yusya' berkata,
"Penggelapannya ada pada kalian." Akhirnya mereka
mengeluarkan sebongkah emas besar dalam bentuk
kepala sapi dan diletakkan di antara harta rampasan
yang lain. Api turun dan memakannya. Hukum ini telah
mansukh bagi kita. Harta rampasan perang telah
dihalalkan bagi kita sebagai rahmat dari Allah kepada
kita dan karunia-Nya. Dan dihalalkannya harta rampasan
perang merupakan salah satu kekhususan atas umat ini.
VERSI TAURAT
Terdapat Safar yang panjang di dalam Taurat yang
bernama Safar Yusya’. Hanya saja, nama yang tertulis
padanya adalah Yasyu'. Ini adalah nama Ibrani yang
berarti Yehova Khalash, dan Yehova dalam Yahudi
adalah salah satu nama Allah Taala. Buku kamus Al-
Kitabul Muqaddas menyebutkan dengan mengambil dari
Taurat, bahwa di beberapa tempat, nama Yasyu' pada
dasarnya adalah Husya' atau Hausya', dan bahwa Musa-
lah yang memanggilnya Yasyu'. Yasyu' adalah pengganti
Musa.
Dia pertama kali sebagai pelayan Musa. Dalam
hidupnya Musa menugaskannya untuk mengurusi
sebagian perkara-perkara besar.17 Taurat menyebutkan
dalam Safar yang dinisbatkan kepada Yusya' bahwa Bani
Israil masuk Palestina setelah Musa wafat dengan
dipimpin oleh Yasyu'. Di sana terdapat banyak perincian
tentang cara masuk mereka, perang-perang yang mereka
jalani dengan pimpinan Yasyu', dan kemenangan-
kemenangan yang mereka raih.
Disebutkan di Ishah ketujuh dalam Safar Yasyu’ tentang
kisah penggelapan yang dilakukan oleh sebagian Bani
Israil, bagaimana Yusya' membongkar orang-orang yang
melakukan penggelapan, dan penentuan siapa yang
menggelapkan. Akan tetapi, yang disebutkan di dalam
hadis adalah lebih teliti daripada dalam Taurat. Hadis
menjelaskan bahwa Yusya' membongkarnya dengan
berjabatan tangan seperti yang ada di dalam hadis dan
ini tidak dijelaskan dalam Taurat.
Taurat menyebutkan bahwa pelaku penggelapan
hanyalah seorang, sementara hadis menyatakan dua atau
17 Kamus Al-Kitabul Muqoddas, hlm. 1068.
tiga orang.
Taurat juga menyebutkan bahwa seorang
laki-laki menggelapkan baju Syinari yang mahal, dua
ratus Syaqil perak dan lidah emas seberat lima puluh
Syaqil. Padahal, yang benar adalah bahwa harta yang
digelapkan adalah kepala sapi dari emas seperti dalam
hadis.
Taurat menyebutkan di Ishah kesepuluh di Safar Yusya’
tentang ditahannya matahari untuk Yusya'. Hal itu
dijelaskan dalam Safar tersebut poin 12-13, "Ketika itu
Yusya' berbicara kepada Tuhan pada hari ketika Tuhan
menyerahkan orang-orang Umuriyin di depan Bani Israil.
Dia berkata di depan Bani Israil, 'Wahai matahari,
tetaplah kamu di atas Jab'un dan rembulan di atas
lembah Ailun.' Maka matahari berhenti dan rembulan
juga berhenti, sehingga rakyat bisa membalas musuh-
musuhnya. Bukankah ini tertulis dalam Safar Yasyir?
Matahari berhenti di tengah langit dan ia tidak terbenam
selama hampir satu hari penuh."
Nash Taurat ini harus ditimbang kebenarannya dengan
kacamata hadis. Yusya' tidak memerintahkan matahari
untuk berhenti, tetapi dia berdoa kepada Allah agar
menahannya untuknya.
Matahari tidak berada di tengah-
tengah langit, tetapi ia telah condong untuk terbenam
karena doa Yusya' pada waktu Ashar atau sesudahnya.
Ada hal lain yang harus dikoreksi, yaitu penyelewengan
yang terjadi pada Taurat. Taurat menyebutkan dalam
Ishah kesepuluh bahwa peperangan di mana matahari
ditahan untuk Yusya' terjadi setelah perang yang
melibatkan penggelapan harta rampasan perang. Yang
benar dan sesuai dengan hadis adalah bahwa keduanya
terjadi dalam satu peperangan.
Di antara penyimpangan yang terjadi pada Taurat adalah
bahwa Taurat menyebutkan Bani Israil menyimpan harta
rampasan perang dalam perang Ariha di Baitur Rab, baik
itu emas atau perak atau bejana kuningan atau besi, dan
itu dengan perintah Allah kepada mereka.
Harta yang
digelapkan dibakar oleh Bani Israil bersama laki-laki yang
menggelapkannya beserta putra-putrinya, keledainya,
kambingnya, tendanya dan seluruh hartanya.
Adapun harta rampasan perang setelah itu, maka Ishah
kedelapan poin 2 dalam Safar Yasyu’ menyebutkan
bahwa Tuhan membolehkannya bagi mereka. Nashnya:
"Hanya saja harta rampasan perangnya. Ternak-
ternaknya ambillah ia untuk diri kalian." Poin 27 dalam
Safar yang sama, "Akan tetapi ternak dan harta
rampasan perang kota itu diambil oleh Bani Israil untuk
diri mereka berdasarkan firman Tuhan yang
diperintahkan kepada Yasyu'.”
Yang disebutkan di atas termasuk penyelewengan yang
menimpa Taurat tentang harta rampasan yang tidak
dihalalkan kepada umat sebelum kita. Api datang, maka
ia memakan harta rampasan perang yang terdiri dari
perabotan, pakaian, emas, dan perak sebagaimana hal
ini ditetapkan oleh banyak dalil shahih. Salah satunya
disebutkan oleh Rasulullah dalam hadis ini. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa Salam memberitakan bahwa api
yang turun dari langit menolak memakan harta rampasan
perang jika terjadi penggelapan. Baru ketika
penggelapan itu dibongkar dan diletakkan bersama harta
rampasan lainnya, maka turunlah api yang
membakarnya. Tidak benar jika yang membakarnya
adalah Bani Israil. Kalaupun pelaku penggelapan harta
rampasan perang boleh dibakar sebagai hukuman
atasnya, maka bukanlah termasuk keadilan jika istrinya,
anak-anaknya dan ternaknya pun ikut dibakar, seperti
yang diklaim oleh para penyeleweng Taurat.
PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
1. Peperangan yang dilakukan oleh Yusya' dengan diikuti
oleh Bani Israil menunjukkan bahwa berperang telah
diwajibkan atas umat-umat sebelum umat ini. Bukan
khusus bagi kita saja. Allah telah menghukum Bani
Israil dengan kesesatan selama empat puluh tahun
manakala mereka menolak berperang melawan
orang-orang yang sombong.
2. Firman Allah ini menunjukkan bahwa para Nabi
dalam jumlah yang besar telah berperang, "Dan
berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama
mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang
bertaqwa." (QS. Ali Imran: 146). Firman Allah yang
menunjukkan kewajiban berperang atas Bani Israil,
"Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka
Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka
berkata kepada seorang Nabi mereka, 'Angkatlah
untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di
bawah pimpinannya) di jalan Allah.' Nabi mereka
menjawab, 'Mungkin sekali jika kamu nanti
diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.'
Mereka menjawab, 'Mengapa kami tidak mau
berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami
telah diusir dari kampung halaman kami dan dari
anak-anak kami?' Maka tatkala perang itu diwajibkan
atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali
beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah
Maha Mengetahui orang-orang yang dzalim." (QS. Al-
Baqarah: 246)
3. Hadis ini membimbing pemimpin agar tidak
menyerahkan tugas-tugas besar kepada orang-orang
di mana hati mereka sibuk dengan perkara yang
menghalangi mereka untuk menunaikannya.
4. Pengendalian prajurit memerlukan ilmu tentang
tabiat-tabiat jiwa dan pemilihan kualitas yang
memungkinkannya untuk bersabar di medan perang,
serta membuang unsur penyebab kekalahan pasukan
sebagaimana yang dilakukan oleh Yusya'.
5. Hadis ini mengandung ayat yang nyata dan mukjizat
mengagumkan yang menunjukkan kodrat Allah dan
dukungan-Nya kepada Rasul-Rasul-Nya, serta
pertolongan-Nya kepada mereka dalam tugas-tugas
yang dibebankan atas mereka. Di antaranya adalah
menahan matahari dan memanjangkan siang,
sehingga para pasukan bisa meraih kemenangan.
Allah juga menunjukkan kabilah di mana
penggelapan terjadi padanya, termasuk para pelaku
penggelapan, sebagaimana telah disebutkan dalam
hadis.
6. Harta rampasan perang diharamkan atas umat-umat
sebelum kita. Dan Allah memberikan kekhususan
kepada umat ini dengan menghalalkannya bagi
mereka.
7. Dosa menggelapkan harta rampasan perang. Api tidak
mau membakar harta rampasan di mana padanya
terjadi penggelapan. Rasulullah telah menyampaikan
bahwa seorang laki-laki menggelapkan selimut, maka
ia membakarnya di kuburnya. Orang yang
menggelapkan harta rampasan perang, maka dia
akan memikulnya di hari Kiamat.
8. Pada Bani Israil terdapat orang-orang shalih yang
berjihad fi sabilillah. Allah membantu dan memberi
mereka kemenangan.
9. Walaupun Yusya' telah membersihkan pasukannya
dari unsur lemah di mana kekalahan mungkin terjadi
melalui mereka, tetap saja tersisa orang-orang
lemah iman pada pasukannya, yaitu orang-orang yang
menggelapkan harta rampasan perang.
10. Hadis ini mengoreksi sebagian penyimpangan dalam
Taurat.
0 komentar:
Posting Komentar