PENGANTAR
Orang-orang bodoh dari Bani Israil menuduh Musa
memiliki penyakit bawaan yang dia sembunyikan di
tubuhnya. Penyebab tuduhan ini adalah bahwa Musa
menyembunyikan auratnya dan tubuhnya yang lain dari
orang lain karena besarnya rasa malu yang ada pada
dirnya. Mereka telah berburuk sangka kepada Nabi
mereka. Dan manakala Allah menginginkan para Nabi
dan Rasul-Nya adalah orang-orang paling sempurna dan
terbaik, serta Dia berkehendak membongkar setiap
kebatilan yang dituduhkan kepada mereka sehingga bisa
menghalangi orang-orang untuk mengikuti mereka, maka
Allah menjadikan batu itu terbang membawa baju Musa
yang diletakkan di atasnya ketika dia sedang mandi.
Maka Bani Israil melihat Musa telanjang tanpa cacat, dan
mereka mengetahui kedustaan para pendusta padanya.
NASH HADIS
Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu
Hurairah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Salam bersabda, "Sesungguhnya Musa adalah seorang
laki-laki yang pemalu dan menutup diri. Kulitnya tidak
terlihat sedikit pun karena rasa malunya. Di kalangan
Bani Israil terdapat orang-orang yang menyakitinya.
Mereka berkata, 'Musa tidak tertutup seperti itu kecuali
karena cacat yang ada di kulitnya, bisa penyakit sopak,
bisa karena kedua buah pelirnya besar atau penyakit
lainnya."
Dan sesungguhnya Allah berkehendak untuk
membebaskan Musa dari segala tuduhan yang
dialamatkan kepadanya. Suatu hari Musa menyendiri. Dia
melepas pakaiannya dan meletakkannya di atas sebuah
batu, lalu dia mandi. Selesai mandi Musa menghampiri
bajunya untuk mengambilnya dan memakainya, tetapi
batu itu berlari membawa baju Musa. Maka Musa
mengambil tongkatnya. Orang-orang melihat Musa
telanjang dalam bentuk ciptaan Allah yang paling baik.
Allah membebaskan Musa dari tuduhan yang mereka
katakan. Batu itu berhenti, maka Musa mengambil
bajunya dan memakainya. Musa mulai memukul batu itu
dengan tongkatnya. Demi Allah, pukulan tongkat Musa
meninggalkan bekas di batu itu sebanyak tiga atau
empat atau lima; dan itulah firman Allah, "Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang menyakiti Musa. Maka Allah
membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka
katakan. Dan dia adalah seorang yang mempunyai
kedudukan terhormat di sisi Allah." (QS. Al-Ahzab: 69)
Dalam riwayat Bukhari dari Abu Hurairah dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, "Bani Israil mandi
dengan telanjang, sebagian melihat kepada yang lain.
Sementara Musa mandi sendiri. Mereka berkata, 'Musa
tidak mau mandi bersama kita kecuali karena dia itu
memiliki dua buah pelir yang besar." Suatu hari Musa
mandi, dan dia meletakkan bajunya di atas batu. Tapi
kemudian batu itu berlari membawa bajunya. Musa
memburunya sambil berkata, "Bajuku, wahai batu." Bani
Israil pun melihat Musa. Mereka berkata, "Demi Allah,
Musa tidak apa-apa." Lalu Musa mengambil bajunya dan
memukuli batu itu. Abu Hurairah berkata, "Demi Allah,
pukulan Musa membekas di batu itu enam atau tujuh kali
pukulan."
Dalam riwayat ketiga dalam Shahih Bukhari dari Abu
Hurairah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Salam bersabda, "Sesungguhnya Musa adalah seorang
laki-laki pemalu. Itulah firman Allah, 'Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-
orang yang menyakiti Musa. Maka Allah
membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka
katakan. Dan dia adalah seorang yang mempunyai
kedudukan terhormat di sisi Allah." (QS. Al-Ahzab: 69)
TAKHRIJ HADIS
Hadis ini dalam Shahih Bukhari dalam Kitab Ahadisil
Anbiya’, 6/436, no. 3404. Riwayat kedua oleh Bukhari
dalam Kitabul Ghusli, bab orang mandi telanjang,
1/385, no. 278.
Riwayat ketiga dalam Bukhari dalam Kitab Tafsir, bab
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi
seperti orang-orang yang menyakiti Musa" (QS. Al-Ahzab:
69), 8/534.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dalam
Kitabul Fadhail, 4/1841, bab keutamaan-keutamaan
Musa; juga dalam Kitabul Haid, bab boleh mandi
telanjang sendirian, 1/267, no. 339.
PENJELASAN HADIS
Musa sangat pemalu, dan malu adalah akhlak yang
mulia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam lebih
malu daripada perawan di tendanya, dan beliau memuji
rasa malu dalam sabdanya, "Rasa malu itu semuanya
baik."
Di kalangan Bani Israil orang laki-laki dibolehkan mandi
dengan telanjang, sebagian melihat kepada sebagian
yang lain. Tetapi Musa hanya mandi sendirian, karena
rasa malunya yang besar. Dia tidak mau menampakkan
kulit tubuhnya dan auratnya.
Orang-orang bodoh lalu menebar gosip. Tidak ada yang
selamat dari gosip orang-orang seperti ini, bahkan para
Nabi dan Rasul sekalipun. Kata mereka – secara dusta
lagi palsu – bahwa sebab tertutupnya Musa dari mereka
adalah adanya cacat di tubuhnya yang
disembunyikannya, bisa jadi kedua buah pelirnya yang
besar atau penyakit kulit (sopak) yang menurut orang-
orang menjijikkan atau cacat lain yang tidak ingin
diketahui oleh orang lain.
Jelas, tuduhan dusta ini menyakiti Musa dan Allah tidak
rela hal itu terjadi pada Rasul-Nya. Gosip busuk seperti
ini bisa mengurangi kepercayaan pada orang yang
diangkat oleh Allah sebagai Rasul. Seorang Rasul di mata
manusia haruslah tampil sebagai contoh sempurna tak
ada yang menodainya. Tidak pada bentuk ciptaannya
dan tidak pula pada perilakunya.
Allah berkehendak membebaskan Musa dari tuduhan
dusta yang dialamatkan kepadanya oleh orang-orang
pendusta dan bodoh.
Suatu hari Musa pergi mandi sendiri
seperti biasanya. Musa meletakkan bajunya di atas batu.
Ketika Musa selesai mandi, dan dia ingin mengambil
bajunya, batu itu terbang membawa bajunya. Padahal
batu itu tidak memiliki kemampuan untuk bergerak,
apalagi terbang. Batu adalah benda mati, tetapi Allah
membuatnya bisa terbang dengan cara yang tidak kita
ketahui demi hikmah yang diinginkan-Nya, yaitu
membebaskan Musa dari gosip buruk yang ditujukan
kepadanya.
Kejadian tiba-tiba ini mengejutkan Musa, maka dia
berlari mengejar batu sambil memanggilnya, "Bajuku,
wahai batu. Bajuku, wahai batu." Batu itu membawa
pergi pakaian Musa, sebuah pemandangan yang unik.
Musa seorang Nabi yang mulia, seorang pemalu yang
terhormat berlari dengan telanjang mengejar batu yang
membawa bajunya. Hingga ketika batu itu sampai di
permukaan Bani Israil, mereka melihat Musa yang sehat
dan sempurna, tanpa cacat. Luruhlah kebohongan yang
dihembuskan oleh orang-orang bodoh. Batu itu berhenti.
Musa mengambil pakaiannya dan memakainya. Musa
mengambil tongkatnya.
Dia memukuli batu itu seperti
orang yang sedang kesal dan marah terhadap seseorang
yang durhaka, lalim lagi bengal.
Musa menyadari bahwa yang dipukulnya adalah batu,
tetapi ia telah melakukan suatu perbuatan yang tidak
dilakukan oleh batu. Maka, Musa melakukan padanya
perbuatan yang tidak dilakukan kepada batu. Musa
memukulnya dengan pukulan orang yang mendidik. Yang
unik adalah, tongkat Musa yang terbuat dari kayu itu
bisa berbekas di batu yang keras. Terdapat bekas-bekas
pukulan tongkat Musa di batu tersebut sebanyak pukulan
yang diberikan oleh Musa. Biasanya tongkat kalah dengan
batu, karena batu lebih keras dari kayu. Dan yang sering
terjadi adalah, tongkat akan patah jika kamu
memukulkannya ke batu. Akan tetapi, tongkat Musa
bukan sembarang tongkat, ia diberi banyak kelebihan,
dan salah satunya yaitu bisa meninggalkan bekas di batu
sebanyak enam atau tujuh bekas pukulan.
Allah telah mengisyaratkan kejadian ini dalam kitab-Nya
dengan firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang
menyakiti Musa. Maka Allah membersihkannya dari
tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan dia adalah
seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi
Allah." (QS. Al-Ahzab: 69)
PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
1. Kaum laki-laki Bani Israil boleh mandi telanjang. Hal
ini termasuk yang di-nasakh dalam syariat
Muhammad, tapi haram bagi kita.
2. Besarnya rasa malu Musa. Di antara rasa malunya
adalah dia menutupi auratnya dan jasadnya dari
manusia, walaupun syariatnya tidak melarang itu.
3. Para Nabi dan Rasul tidak lepas dari gangguan orang-
orang bodoh, terlebih orang-orang shalih, sehingga
dibutuhkan kesabaran untuk menghadapinya.
4. Allah membebaskan Musa dari tuduhan orang-orang
bodoh dengan cara yang menyakiti Musa, namun cara
ini mujarab. Syubhat pun lenyap. Dan Allah Pemilik
hikmah yang mendalam dan keputusan yang tidak
tertolak.
5. Terdapat dua ayat Allah pada makhluk-Nya dalam
hadis ini: Batu berlari membawa baju Musa (padahal
tidak lazim batu berlari atau terbang) dan bekas
yang ditinggalkan oleh tongkat Musa di batu itu
ketika Musa memukulnya (padahal tongkat yang
meninggalkan bekas di batu bukanlah sesuatu yang
lazim).
6. Para Nabi adalah orang-orang yang sempurna ciptaan
dan akhlaknya, karena Allah memilih orang-orang
terbaik dan terpilih untuk memikul risalah-Nya dan
menunaikan amanah-Nya.
7. Orang-orang terhormat dan pintar dalam kondisi
terkejut bisa melakukan sesuatu, di mana mereka
melupakan kehormatan dan kepintarannya, seperti
Musa yang berlari di belakang batu dengan telanjang
dan memukul batu untuk mendidiknya.
8. Syariat Taurat tidak layak untuk dijadikan sebagai
pedoman dalam setiap masa. Sebagian darinya ada
yang layak untuk masa itu. Di antaranya adalah
diperbolehkannya membuka aurat pada waktu
mandi. Ini tidak layak di masa sekarang, sehingga
Allah me-nasakh-nya.
0 komentar:
Posting Komentar