PENGANTAR
Kisah ini menjelaskan bagaimana Allah menjaga Sarah,
istri Ibrahim, ketika seorang thaghut (musuh Allah)
hendak menodai kesuciannya dan merampas
kehormatannya. Ibrahim berlindung kepada Allah,
berdoa dan shalat kepada-Nya, dan Sarah berdoa
memohon perlindungan Allah. Maka Allah menjadikan si
fajir (pelaku maksiat) tidak berdaya dan menggagalkan
makarnya (berupa siksaan) di lehernya. Allah menjaga
Ibrahim dan istrinya, dan Allah mampu untuk menjaga
wali-wali-Nya dan membelenggu musuh-musuh-Nya di
setiap waktu dan generasi.
NASH HADIS
Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu
Hurairah yang berkata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam
bersabda, "Ibrahim berhijrah bersama Sarah. Keduanya
masuk ke sebuah desa yang terdapat seorang raja atau
seorang yang sombong. Dikatakan kepadanya, 'Ibrahim
datang bersama seorang wanita yang sangat cantik.’
Maka dia bertanya kepada Ibrahim, ’Wahai Ibrahim,
siapa wanita yang bersamamu?’ Ibrahim menjawab,
’Saudara perempuanku.’ Kemudian Ibrahim kembali
kepada Sarah dan berkata, ’Jangan mendustakan
ucapanku aku telah mengatakan kepada mereka kalau
kamu adalah saudaraku. Demi Allah, di bumi ini tidak
ada orang yang beriman selain diriku dan dirimu.’ Maka
Ibrahim mengirim Sarah kepadanya. Dia bangkit kepada
Sarah. Sarah bangkit berwudhu dan shalat. Sarah
berkata, ’Ya Allah, jika aku beriman kepada-Mu dan
kepada Rasul-Mu, dan menjaga kehormatanku kecuali
kepada suamiku, maka janganlah Engkau membiarkan
orang kafir menguasaiku.’ Maka nafas raja sombong itu
menyempit dan dia hampir tercekik sampai dia
memukulkan kakinya ke bumi."
Al-A'raj berkata bahwa Abu Salamah bin Abdur Rahman
berkata di mana Abu Hurairah berkata tentang Sarah
yang berkata, ’Ya Allah, jika orang ini mati, maka
mereka menuduhku membunuhnya.’ Maka dia terbebas,
kemudian dia bangkit lagi kepada Sarah. Sarah berwudhu
dan shalat. Sarah berkata, ’Ya Allah, jika aku beriman
kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu, dan menjaga
kehormatanku kecuali kepada suamiku maka janganlah
Engkau membiarkan orang kafir menguasaiku.’ Maka
nafasnya menyempit dan dia hampir tercekik sampai dia
memukulkan kakinya ke bumi.
Abu Salamah berkata bahwa Abu Hurairah berkata,
”maka Sarah berkata, ’Ya Allah, jika orang ini mati,
maka mereka menuduhku membunuhnya.’ Maka dia
terbebas untuk kedua kalinya atau ketiga kalinya.
Kemudian dia berkata, ’Demi Allah, kalian tidak
mengirimkan kepadaku kecuali setan. Pulangkan dia
kepada Ibrahim dan berilah dia Ajar (maksudnya adalah
Hajar, ibu Ismail). Sarah pun pulang kepada Ibrahim.
Sarah berkata, ’Apakah kamu merasa bahwa Allah telah
menghinakan orang kafir dan memberi seorang hamba
sahaya.’
Dalam riwayat lain dalam Shahih Bukhari dari Abu
Hurairah berkata, "Ibrahim tidak berdusta kecuali tiga
kali. Dua di antaranya karena Allah, yaitu ucapan
Ibrahim, 'Sesungguhnya aku sakit.’ (QS. As-Shaffat: 89);
dan ucapan Ibrahim, ’Sebenarnya patung besar itulah
pelakunya.’ (QS. Al-Anbiya: 63).
Abu Hurairah
melanjutkan, "Suatu hari, ketika Ibrahim dan Sarah
berjalan keduanya melewati seorang penguasa lalim.
Dikatakan kepadanya, 'Di sini ada seorang laki-laki
bersama seorang wanita cantik." Maka Ibrahim ditanya
tentangnya, ’Siapa wanita itu?’ Ibrahim menjawab,
’Saudara perempuanku.’ Lalu Ibrahim mendatangi Sarah
dan berkata kepadanya, ’Wahai Sarah, di muka bumi ini
tidak ada orang mukmin selain diriku dan dirimu. Orang
itu bertanya kepadaku tentang dirimu, dan aku katakan
kepadanya bahwa kamu adalah saudaraku. Maka, jangan
mendustakanku.’ Lalu Ibrahim mengutus Sarah
kepadanya. Ketika Sarah masuk kepadanya, dia
menjulurkan tangannya hendak menjamahnya. Tapi dia
tercekik dan berkata, ’Berdoalah kepada Allah untukku,
aku tidak mencelakaimu.’ Lalu Sarah berdoa kepada
Allah, maka dia pun terbebas.
Kemudian ketika dia
hendak menjamahnya untuk kedua kalinya, dia tercekik
seperti semula atau lebih keras. Dia berkata, ’Berdoalah
kepada Allah dan aku tidak mencelakaimu.’ Maka Sarah
berdoa dan dia terbebas. Lalu dia memanggil
pengawalnya dan berkata, ’Kalian tidak membawa
manusia kepadaku. Kalian membawa setan kemari.’ Dia
memberinya Hajar sebagai pelayannya. Sarah pulang
kepada Ibrahim yang sedang shalat, maka Ibrahim
memberi isyarat dengan tangannya, ’Bagaimana
keadaanmu?’ Sarah menjawab, ’Allah menggagalkan
makar orang kafir atau orang fajir (berupa siksaan) di
lehernya dan memberiku Hajar.’
Abu Hurairah berkata, "Itulah ibu kalian, wahai Bani Ma'is
Sama' (air langit)."
TAKHRIJ HADIS
Riwayat pertama diriwayatkan oleh Bukhari dalam
Shahih-nya dalam Kitabul Buyu’, bab membeli hamba
sahaya dari kafir harbi, menghibahkannya dan
memerdekakannya, 4/410, no. 2217. Riwayat kedua di
Kitabul Anbiya, bab firman Allah, "Dan Allah mengangkat
Ibrahim sebagai khalil." (QS. An-Nisa: 125), no. 3358.
Bukhari juga meriwayatkannya di beberapa tempat
dalam Shahih-nya di antaranya dalam Kitabul Ikrah, bab
jika seorang wanita dipaksa berzina, 12/321, no. 6950,
dalam Kitabul Nikah, bab mengangkat hamba sahaya dan
orang yang memerdekakan hamba sahaya kemudian
menikahinya, 9/126, no. 5085, dalam Kitab Thalaq,
keterangan tentang bab tanpa sanad, 9/387, dalam
Kitab Hibah, bab jika dia berkata, aku memberimu
pelayan hamba sahaya ini, no. 2635. Diriwayatkan oleh
Muslim dalam Shahih-nya dalam Kitabul Fadhail, bab
keutamaan-keutamaan Ibrahim, 4/184, no. 2371, dengan
Syarah Nawawi, 15/509.
P
ENJELASAN HADIS
Ibrahim pergi dari negerinya bersama istrinya setelah
kaumnya melemparkannya ke dalam api dan Allah
menyelamatkannya darinya. Ibrahim sampai di negeri
yang jauh. Di sana, dia tidak memiliki pendukung. Dalam
kondisi seperti ini orang-orang dzalim lagi lalim
berhasrat untuk menerkam orang seperti Ibrahim.
Ibrahim menghadapi masalah ini manakala dia singgah di
negeri dengan seorang raja yang sombong lagi serakah.
Sang raja mendengar kedatangan Ibrahim di negerinya
dengan seorang wanita yang tergolong paling cantik di
dunia.
Salah satu kebiasaan mereka jika menginginkan seorang
wanita adalah dengan menyiksa suaminya, jika wanita
tersebut bersuami. Tetapi jika wanita itu lajang, maka
mereka tidak akan mengganggu kerabatnya. Oleh karena
itu, Ibrahim berkata kepada utusan raja tersebut ketika
dia bertanya tentang Sarah, bahwa dia adalah saudara
perempuannya, supaya selamat dari siksaannya. Ibrahim
mengirim istrinya kepada laki-laki bejat itu seperti yang
dia minta, karena ia percaya dengan penjagaan dan
perlindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala setelah
mewasiatkan kepadanya agar tidak membocorkan
hubungan sebenarnya antara dia dengan istrinya.
Ibrahim juga menjelaskan pandangannya dalam hal ini
kepada istrinya, bahwa dia adalah saudara
perempuannya dalam agama, karena di muka bumi tidak
terdapat orang yang beriman selain keduanya.
Walaupun maksud Ibrahim dari pernyataannya bahwa
Sarah adalah saudara perempuannya, yakni saudara
dalam iman dan Islam, dia tetap menolak untuk memberi
syafaat pada hari Kiamat ketika orang-orang meminta
kepadanya untuk bersedia menjadi perantara kepada
Tuhan mereka agar Dia memutuskan urusan mereka.
Ibrahim beralasan bahwa dirinya telah berdusta
sebanyak tiga kali, yaitu ucapan, "Sesungguhnya aku
sakit." (QS. Ash-Shaffat: 89), ketika mereka
mengajaknya berpartisipasi dalam hari raya mereka yang
syirik dan batil. Yang kedua adalah ucapannya,
"Sebenarnya patung yang besar itulah yang
melakukannya." (QS. Al-Anbiya: 63), ketika dia
menghancurkan berhala dan membiarkan patung
terbesar dengan mengalungkan kapak di lehernya, dan
dia menyatakan bahwa patung besar inilah penghancur
patung-patung kecil. Dan yang ketiga adalah ucapan
Ibrahim dalam kisah ini kepada raja dzalim tersebut,
bahwa Sarah adalah saudara perempuannya demi
melindungi diri dari ancaman siksa raja lalim tersebut.
Ibrahim mengirim istrinya kepada raja dzalim itu, dan
dia bersegera melakukan shalat untuk berdoa kepada
Allah dan berlindung kepada-Nya. Allah telah menjaga
Sarah, istri Ibrahim, untuk Ibrahim, sebagaimana
Dia
menjaga diri Sarah. Begitu Sarah tiba dan orang lalim itu
hendak menyentuhnya, dia tercekik dengan keras sampai
dia menjejakkan kakinya ke tanah setelah Sarah berdoa
kepada Tuhannya memohon agar menghalangi makar dan
kejahatan raja lalim tersebut. Akan tetapi, Sarah juga
takut jika orang ini mati, maka mereka menuduhnya
sebagai pembunuh sebagaimana ucapannya, "Ya Allah,
jika orang ini mati maka mereka menuduhku
membunuhnya." Allah membebaskan laki-laki itu setelah
dia meminta kepada Sarah agar berdoa untuknya dan dia
berjanji tidak akan mengulangi perbuatan buruknya.
Manakala dia terbebas, dia mengingkari janjinya.
Nafsunya telah meguasai dirinya, hingga dia kembali
bangkit kepada Sarah. Dia tercekik lagi bahkan lebih
keras dari yang pertama. Dia kembali mengiba kepada
Sarah agar berdoa kepada Allah supaya dia terbebas dan
berjanji tidak akan mengganggunya. Maka Sarah
mengulangi ucapannya seperti di dalam doanya, "Ya
Allah, jika dia mati maka aku pasti dituduh
membunuhnya."
Setelah dua atau tiga kali, dia memanggil pengawalnya
dan menyuruh mereka memulangkan Sarah kepada
Ibrahim dalam keadaan utuh dan beruntung. Dia
mengetahui bahwa Sarah terjaga dan bahwa si lalim itu
tidak mampu untuk menjamahnya. Sarah pulang kepada
suaminya dengan diiringi oleh Hajar sebagai hadiah dari
raja lalim tersebut.
Hajar adalah ibu Ismail, Sarah
menghadiahkannya kepada Ibrahim dan dia menikahinya.
Dalam sebuah hadis dalam Mustadrak Al-Hakim dan
Musykilil Atsar At-Thahawi, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Salam bersabda, "Jika kalian menaklukkan
Mesir, maka hendaknya kalian saling menasihatkan agar
berbuat baik kepada orang-orang Qibti, karena mereka
mempunyai hubungan perjanjian dan rahim."13
Dalam Shahih Muslim tertulis, "Sesungguhnya kalian akan
menaklukkan kota Mesir. Ia adalah bumi yang diberi
nama Qirath. Jika kalian menaklukkannya, maka
berbuat baiklah kepada penduduknya, karena mereka
memiliki hak dan hubungan rahim" atau beliau bersabda,
”hak dan hubungan pernikahan."14
Yang dimaksud oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Salam dengan hak perjanjian, hubungan rahim atau
hubungan pernikahan yang dimiliki orang-orang Mesir
adalah, karena Hajar, ibu Ismail, berasal dari kalangan
13 Silsilah Ahadis Shahihah, Nasiruddin Al-Albani, 3/362.
14 Muslim, no. 2543.
mereka dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam
adalah salah seorang keturunannya.
VERSI TAURAT
Kisah ini tertulis dalam Taurat dalam Ishah 12 Safar
Takwin. Nashnya adalah, "Dan terjadilah kelaparan di
bumi, maka Abram turun ke Mesir untuk mengasingkan
diri di sana karena kelaparan di bumi sangat keras.
Ketika dia hampir masuk Mesir, dia berkata kepada
istrinya Saray, 'Sesungguhnya aku mengetahui bahwa
kamu adalah seorang wanita cantik. Jika orang-orang
Mesir melihatmu mereka mengatakan, 'Inilah istri
Abram', lalu mereka membunuhku dan membiarkanmu.
Katakanlah kepada mereka bahwa kamu adalah saudara
perempuanku, agar aku mendapatkan kebaikan
karenamu dan diriku tetap hidup demi dirimu."
Maka, ketika Abram masuk Mesir dan orang-orang Mesir
melihat istrinya sangat cantik. Para pembesar Fir'aun
melihatnya dan menyanjungnya di hadapan Fir'aun. Maka
wanita itu dibawa ke rumah Fir'aun, dan Fir'aun
melakukan kebaikan kepada Abram karenanya. Abram
diberi kambing, sapi, keledai, hamba sahaya laki-laki
dan perempuan, keledai betina dan unta. Lalu Allah
menggoncang Fir'aun dan rumahnya dengan beberapa
goncangan yang dahsyat disebabkan Saray, istri Abram.
Fir'aun mengundang Abram dan berkata, "Apa yang kamu
lakukan kepadaku? Mengapa kamu tidak berterus-terang
bahwa wanita ini adalah istrimu? Mengapa kamu
mengatakan dia adalah saudara perempuanmu?
Karenanya aku ingin memperistrinya.
Sekarang, ambil
kembali istrimu ini dan pergilah." Lalu Fir'aun
memerintahkan orang-orangnya untuk mengantar Abram
dan istrinya beserta seluruh harta yang dimilikinya.
Tertulis dalam Ishah 20 dalam Safar Takwin, bahwa raja
lalim lainnya dari Palestina mengganggu Sarah, dan dia
melepaskannya tanpa mampu menyentuhnya setelah
Malaikat mengancamnya dalam mimpinya. Disebutkan
pula bahwa Ibrahim memberitahu Malaikat kalau Sarah
adalah saudara perempuan bapaknya.
Dalam Ishah 20 tertulis:
"Dan Ibrahim berpindah dari sana ke bumi selatan dan
tinggal di antara Qadisy dan Syur. Dia mengasingkan diri
di Jarrar. Ibrahim berkata tentang istrinya, Sarah, 'Dia
adalah saudara perempuanku'." Maka raja Jarrar, yakni
Abu Malik, mengambil Sarah. Lalu Allah datang kepada
Abu Malik dalam mimpinya di malam hari. Dia berfirman
kepadanya, "Kamu pasti mati disebabkan oleh wanita
yang kamu ambil, karena dia itu bersuami." Hanya saja
waktu itu Abu Malik belum menyentuhnya. Dia berkata,
"Wahai Tuhanku, engkau membunuh pemimpin yang
baik. Bukankah dia sendiri yang berkata bahwa dia
adalah saudara perempuannya dan wanita ini juga
mengakui dirinya sebagai saudaranya? Dengan niat baik
lagi mulia aku melakukan ini."
Allah berfirman kepadanya dalam mimpi, "Aku juga
mengetahui bahwa kamu melakukan ini dengan niat
baik. Aku mencegahmu agar kamu tidak melakukan
kesalahan kepadaku. Oleh karena itu, Aku tidak
membiarkanmu menyentuhnya. Sekarang, pulangkan
wanita ini kepada suaminya karena dia seorang Nabi.
Dia
berdoa untukmu, maka kamu tetap hidup. Jika kamu
tidak mengembalikannya, maka ketahuilah bahwa kamu
mati, begitu pula segala yang kamu miliki."
Pagi harinya Abu Malik mengumpulkan seluruh hamba
sahayanya dan menyampaikan ucapan itu kepada
mereka. Orang-orang sangat ketakutan. Kemudian Abu
Malik memanggil Ibrahim dan berkata kepadanya, "Apa
yang kamu lakukan kepada kami? Apa salahku kepadamu
sehingga kamu mendatangkan kepadaku dan kepada
kerajaanku kesalahan besar ini? Perbuatan-perbuatan
yang tidak semestinya dilakukan tetapi kamu
melakukannya kepadaku." Abu Malik berkata kepada
Ibrahim, "Apa yang kamu lihat sehingga kamu melakukan
hal ini?" Ibrahim berkata, "Sesungguhnya aku berkata
bahwa di tempat ini tidak ada rasa takut kepada Allah
sama sekali, maka mereka membunuhku karena istriku.
Sebenarnya dia juga saudara perempuanku anak
perempuan bapakku. Hanya saja dia bukan anak
perempuan ibuku, maka dia menjadi istriku. Dan ketika
Allah memberikannya kepadaku dari rumah bapakku, aku
berkata kepadanya, "Ini adalah kebaikanmu yang kamu
lakukan untukku.
Di setiap tempat yang kita datangi
katakanlah bahwa aku adalah saudara laki-lakimu."
Maka Abu Malik mengambil sapi, kambing, hamba sahaya
laki-laki dan perempuan dan memberikannya kepada
Ibrahim, sekaligus mengembalikan Sarah kepadanya. Abu
Malik berkata, "Inilah negeriku di hadapanmu, tinggallah
di manapun yang menurutmu baik." Dia berkata kepada
Sarah, "Aku telah memberi saudara laki-lakimu seribu
dirham. Ini untukmu sebagai suatu pemberian dari segala
arah apa yang ada di sisimu dan di sisi setiap orang lalu
kamu berbuat adil." Lalu Ibrahim shalat kepada Allah,
maka Allah menyembuhkan Abu Malik, istrinya dan para
hamba sahayanya, dan mereka melahirkannya karena
Tuhan telah menutup semua rahim di rumah Abu Malik
disebabkan oleh Sarah, istri Ibrahim.
KOMENTAR MENYANGKUT VERSI TAURAT
Apa yang tertulis dalam Taurat sesuai dengan isyarat
hadis, bahwa kisah ini terjadi di bumi Mesir, dan kami
tidak tahu apakah kedatangan Ibrahim bersama Sarah ke
sana karena kelaparan atau karena berdakwah kepada
Allah.
Adapun ucapan Ibrahim kepada Sarah, "Kamu adalah
wanita cantik…", ini mirip dengan apa yang disinggung
oleh hadis.
Hadis tidak menyinggung bahwa kisah ini terjadi pada
masa Fir'aun.
Fir'aun menguasai Mesir sepanjang rentang
waktu tertentu, tidak pada semua masa. Dan apa yang
disebutkan oleh Taurat bahwa Fir'aun memberikan
kekayaan besar kepada Ibrahim berupa domba, sapi,
keledai, hamba sahaya laki-laki dan wanita, keledai
betina dan unta, ini tidaklah benar. Karena, setelah raja
tersebut meminta Sarah dan Ibrahim mengirimnya,
Ibrahim melakukan shalat. Ibrahim hanya mendapatkan
Hajar sebagai pemberian raja kepada Sarah. Seandainya
raja memberi Ibrahim kekayaan seperti disebutkan di
atas, niscaya wahyu yang diberikan kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Salam akan menyinggungnya
dalam hadis ini. Padahal, hadis hanya menyebutkan apa
yang lebih sedikit dari itu, yaitu hadiah Hajar untuk
Sarah.
Apa yang disebutkan dalam Taurat bahwa Allah
menggoncang Fir'aun dan rumahnya dengan keras
disebabkan oleh Sarah; bahwa Fir'aun mengundang
Ibrahim untuk menyalahkannya karena pengakuan
Ibrahim tentang Sarah sebagai saudara perempuannya;
dan bahwa Fir'aun menginginkan Sarah untuk diperistri,
semua itu tidaklah benar. Hadis yang Allah wahyukan
kepada Rasul-Nya telah memberitahukan kepada kita
bahwa apa yang terjadi pada raja lalim adalah, bahwa
dia tercekik beberapa kali. Dan bahwa raja itu tidak
mengundang Ibrahim setelahnya dan tidak
menyalahkannya, akan tetapi dia memerintahkan untuk
mengusir Ibrahim dan istrinya dari buminya dan tidak
mengirim seorang pun untuk melepas dan
mengantarkannya.
Allah lebih mengetahui kebenaran tentang kisah kedua.
Kalaupun itu benar-benar terjadi, maka kisah tersebut
mengandung kedustaan yang tidak samar. Ia adalah
penyelewengan yang terjadi pada kitab ini. Orang-orang
yang menyelewengkan kitab ini mengklaim melalui
ucapan Ibrahim bahwa Sarah adalah saudara
perempuannya dari bapaknya. Mustahil Ibrahim menikah
dengan saudara perempuannya. Kedustaan ini dibantah
banyak hadis yang menyatakan bahwa Ibrahim takut
terhadap akibat dari tiga kedustaannya pada hari
Kiamat, yang salah satunya adalah ucapannya kepada
raja lalim tersebut bahwa Sarah adalah saudara
perempuannya. Ini sangatlah jelas bahwa Sarah bukan
saudara perempuan Ibrahim dari nasab. Akan tetapi,
maksudnya adalah saudara perempuannya dalam Islam,
sebagaimana hal itu dinyatakan secara nyata di dalam
beberapa hadis.
PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
1. Terjaganya istri-istri para Nabi dan Rasul. Orang-
orang dzalim lagi lalim tidak akan mampu mengobok-
obok kehormatan mereka, seperti yang terjadi pada
raja durhaka ini manakala dia hendak melakukan hal
buruk kepada istri Ibrahim, maka Allah menjaga dan
menyelamatkannya dari niat busuk tersebut.
2. Hendaknya seorang mukmin berlindung kepada Allah
Taala manakala menghadapi ujian dan kesulitan.
Ibrahim berlindung kepada Allah melalui shalat
ketika dia mengantarkan istrinya kepada raja lalim
tersebut; dan Sarah sendiri juga berdoa dan
bermunajat kepada Allah, maka Dia menjaganya.
3. Kemampuan Allah yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi
untuk menjaga para Nabi dan para wali-Nya, serta
menolong mereka dengan menangkis makar musuh-
musuh.
4. Kadangkala seorang muslim dipaksa untuk tunduk
kepada angin ribut. Ibrahim berkata bahwa Sarah
adalah saudara perempuannya. Ibrahim tidak mampu
menolak untuk mengirimnya kepada raja durhaka itu.
Sarah pergi kepadanya dan berada di satu tempat
bersamanya tanpa orang ketiga, akan tetapi Allah
menjaga dan melindunginya. Orang-orang yang
menolak tunduk kepada angin ribut adalah orang-
orang yang kurang memahami agama Allah.
Seseorang tidak akan selalu mampu maju terus
meniti jalannya dengan sempurna. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan para sahabat
sesudahnya serta orang-orang yang berjalan di atas
jalan mereka membuat perjanjian damai dalam
peperangan, dan kadangkala mereka rela dengan
kesepakatan yang sangat berat sebelah. Sesuatu yang
di luar batas kemampuan harus diserahkan kepada
Allah Azza wa Jalla.
5. Boleh menerima hadiah dari orang dzalim bahkan
kafir. Sarah menerima hadiah dari raja lalim itu
ketika dia memberinya Hajar, dan Ibrahim
menyetujui istrinya menerima hadiah itu.
6. Wudhu telah disyariatkan pada umat sebelum kita.
Ketika raja durhaka itu hendak menyentuh Sarah,
Sarah berdiri untuk berwudhu dan shalat, dan
sepertinya wudhunya berbeda dari wudhu kita,
karena bagaimana caranya dia berwudhu manakala
raja durhaka itu bangkit kepadanya. Bisa jadi
wudhunya hanyalah dengan mengusap wajah dan
tangan, atau mirip dengan tayamum seperti kita.
Maksud shalat di sini adalah doa.
7. Dalam syariat Ibrahim diperbolehkan bertanya
dengan isyarat dalam shalat tentang sesuatu yang
ingin diketahui. Ibrahim memberi isyarat kepada
Sarah setelah dia kembali sementara dia shalat,
yakni isyarat dengan tangannya untuk mengetahui
apa yang terjadi dengannya.
8. Boleh berbincang tentang nikmat pemberian Allah
kepada hamba-Nya. Sarah memberitahu suaminya
dengan karunia Allah ketika menolak makar si kafir
dan memberinya pelayan, Hajar kepadanya.
9. Pernyataan Abu Hurairah bahwa Hajar adalah ibu
dari orang-orang yang diajaknya berbicara dan dia
meriwayatkan hadis kepada mereka.
0 komentar:
Posting Komentar