Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

wibiya widget

My Blog List

flag counter

daftar menu

Loading...
Tag this on nabtag

twiter

Recent Comments

google seacrh


  • Web
  • alwafaalmuttaqiin
  • buku tamu

    google translite


    clock

    Voting

    My Ballot Box
    Bagaimana Menurutmu blog ku ni ?







    wibiya widget

    Kamis, 08 Maret 2012

    SHOLAT ISTIJHOROH

    Penyusun Abdul Latif Muhidin dan Abdul Aziz
    Universitas Garut
    (UNIGA)

    A. PENDAHULUAN

    Apabila kita sedang dilanda kebimbangan untuk memutuskan sesuatu hal, mana yang terbaik dan yang tidak. Unntuk mendapatkan jawaban tersebut pastinya sulit, maka untuk mendapatkan jawaban yang terbaik, islam menganjurkan untuk senantiaa melakukan sholat istikhoroh. Dengan sholat istikhoroh kita senantiasa memohon petunjuk kepada Alloh SWT untuk dapat memutuskan hal tersebut, agar tidak terjadinya keraguan dan kebimbangan. Utuk lebih mengetahui tentang sholat istikhoroh , maka insya Alloh akan diuraikan di dalam bab pembahasan.

    B. METODE PENELITIAN
    Metode yang dipakai dalam penulisan ini yaitu dengan menggunakan metode Tanya jawab.

    C. HASIL DAN PEMBAHASAN

    SHOLAT SUNNAT ISTIKHARAH

    Shalat Istikharah adalah Shalat Sunnat dua rakaat untuk memohon petunjuk kepada Allah, dalam hal menentukan pilihan dari dua perkara yang belum diketahui baik dan buruknya. Dalam sebuah Hadist dikatakan, Jabir bin Abdullah ra berkata : “ Rosulullah SAW mengajarkan kepada kami beristikharah pada segala macam urusan kami, seperti beliau mengajarkan kepada kami surat Al-Qur’an.”
    Dan didalam Hadist yang lain Rosulullah SAW bersabda : “ Apabila seseorang diantara kamu berkeinginan melakukan sesuatu, hendaklah ia ruku’ dengan dua ruku’ (shalat dua rakaat) yang selain fardhu. Sesudah Shalat, kemudian membaca do’a ini. “ (kedua Hadist tersebut diatas terdapat dan dikutip dari buku Rahasia Shalat Sunnat oleh : Abdul Manan bin H. Muhammad Sobari, halaman 58 – 59)
    Ket : Yang dimaksud dalam Hadist ini dengan Ruku’ dengan dua Ruku’ ialah Shalat Istikharah dua raka’at. Dan do’a sesudah Shalat Sunnat Istikharah akan disampaikan kemudian dalam artikel ini.
    Kata Istikharah dalam bahasa Arab berarti minta dipilihkan. Seorang teman meminta tolong kepada temannya untuk memilihkan mana buku bacaan yang terbaik dari buku bacaan yang ada. Ini dinamakan perbuatan Istikharah. Seseorang mau melakukan Istikharah biasanya apabila ia merasa ragu untuk memilih, sehingga meminta bantuan orang lain atau temannya. Demikian juga halnya dalam beragama. Apabila manusia tidak dapat memecahkan masalah yang dihadapkan dengan akal dan fikiran maka ia mengadukan masalah tersebut kepada Allah SWT agar Allah dapat membantu memilihkan keputusan mana yang harus diambil. Cara meminta pilihan kepada Allah itu dapat dilakukan bermacam-macam, antara lain dengan berdo’a agar Allah memberi hidayah, atau melakukan Shalat dua raka’at. Shalat dua raka’at inilah yang disebut dengan Shalat Istikharah.
    Oleh karena itu, pengertian Shalat Istikharah adalah Shalat dua raka’at yang dimaksudkan memohon kepada Allah untuk membantu memecahkan (memilihkan) suatu hal yang belum dapat diselesaikan sekarang. Sementara manusia sebagai mahluk berfikir diberi akal dan hati nurani sebagai alat pertimbangan dalam kehidupan. Tetapi apabila ada sesuatu yang tidak terjangkau oleh akal dan fikiran manusia, maka disaat itulah diperlukan keimanan. Problema anak manusia semenjak dia dilahirkan ke dunia ini adalah sangat kompleks dan kadangkala memang silih berganti. Sepanjang masalah tersebut masih dapat diselesaikan oleh akal, maka manusia dapat hidup dengan tenang. Tetapi, toh tidak setiap persoalan (masalah) itu dapat diselesaikan oleh akal, karena akal manusia itu sendiri mempunyai keterbatasan. Kalau sudah begini, manakala akal sudah menyerah dan sudah tidak dapat dipergunakan untuk berfikir lagi, sudahlah pasti anak manusia yang masih mengganjal masalah (problema) itu tidak akan dapat hidup dengan tenang.
    Kalau sudah demikian, kepada Allah SWT jua kita (manusia ) mengadu, meninta dan memohon. Karena memang Dia tempat manusia meminta. Karena hanya Dia (yaitu Allah SWT ) saja yang kita (manusia) sembah dan hanya kepada Dia kita (manusia) memohon pertolongan. Disinilah keagungan ajaran Islam itu tampak, Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya agar melakukan Shalat Istikharah ( Shalat minta dipilihkan). Anjuran Nabi SAW ini berkaitan dengan fitrah manusia yang mempunyai hati Nurani sebagai tempat bersemayamnya kemauan dan ketaqwaan.
    .

    HUKUM ISTIKHARAH

    Para ulama sepakat mengatakan bahwa shalat istikharah hukumnya sunnah pada saat seorang muslim dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan keputusan untuk memilih.

    DALIL SHALAT ISTIKHARAH

    Dalil shalat Istikharah adalah sbb:
    1. عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما قال: ( كان رسول الله ( يعلمنا الاستخارة في الأمور كلها كما يعلمنا السورة من القرآن، يقول: (إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ هَذَا الْأَمْرَ ثُمَّ تُسَمِّيهِ بِعَيْنِهِ خَيْرًا لِي فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ قَالَ أَوْ فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ اللَّهُمَّ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّهُ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ رَضِّنِي بِهِ)
    Artinya: Dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata: Rasulullah saw mengajarkan kepada kami istiharah pada semua perkara sebagaimana beliau mengajarkan al-Quran. Beliau bersabda:”Apabila salah satu dari kalian dihadapkan pada permasalahan maka hendaknya ia shalat dua rakaat selain shalat fardlu, kemudian hendaknya ia berdoa (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku meminta pilihanMu dengan ilmuMu, dan meminta keputusan dengan ketentuanMu, Aku meminta kemurahanMu, sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan aku tidak ada daya untuk menentukan, Engkaulah yang mengetahui dan aku tidaklah tahu apa-apa, Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara gaib. Ya Allah sekiranya Engkau mengetahui bahwa perkara ini (lalu menyebutkan masalahnya) adalah baik bagiku saat ini dan di waktu yang akan datang, atau baik bagi agamaku dan kehidupanku serta masa depanku maka tentukanlah itu untukku dan mudahkanlah ia bagiku lalu berkatilah. Ya Allah apabila Engkau mengetahui bahwa perkara itu buruk bagiku untuk agamaku dan kehidupanku dan masa depan perkaraku, atau bagi urusanku saat ini dan di masa mendatang, maka jauhkanlah ia dariku dan tentukanlah bagiku perkara yang lebih baik darinya, apapun yang terjadi, lalu ridlailah ia untukku”. (h.r. Ahmad, Bukhari dan Ashabussunan).
    1. Dalil lain shalat Istikharah adalah hadist riwayat Muslim yang menceritakan pada saat Zainab ra akan dipersunting leh Rasulullah saw, beliau menjawab “Aku belum bisa memberi jawaban hingga aku melakukan istikharah kepada Tuhanku. Lalu beliau memasuki tempat shalatnya dan turunlah al-Qur’an.

    WAKTU DAN TATA CARA PELAKSANAAN SHOLAT ISTIKHOROH

    Menurut Ustadz Ahmad Sarwat Lc Sholat istikharah boleh dilaksanakan kapan saja, baik siang maupun malam. Kalau dilakukan malam hari pada saat shalat tahajjud karena memang waktu seperti itu sangat utama. Namun intinya adalah ketika kita menghadapi persoalan yang berat maupun yang ringan. Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda:
    “Apabila salah seorang diantar kalian berniat melakukan suatu urusan, hendaklah dia sholat dua raka’at yang bukan fardhu kemudian hendaklah dia berdo’a , “Allahumma…” (HR Bukhari)
    Dalam hadits tersebut dijelaskan waktunya adalah kapan saja dan tidak terikat. Oleh karena itu Imam An-Nawawi berkata, “Istikharah disunnahkan dilaksanakan di segala kondisi sebagaimana dijelaskan oleh nash hadis di atas.” (Al-Adzkar) hal tersebut juga dikemukakan oleh Ibnu Hajar Al-Asqolani (Fathul Bari 11/184)
    Dalam hadis tidak dijelaskan bagaimana jawaban akan diberikan, meskipun Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar menyatakan hendaklah orang tersebut memilih sesuai dengan pilihan hatinya (hatinya menjadi contong terhadap suatu pilihan setelah sholat).
    Tetapi pendapat tersebut ditentang oleh sejumlah ulama karena hadis yang menjadi rujukan Imam Nawawi adalah hadis dhoif. Para ulama hanya menegaskan bahwa jangan memilih pilihan yang ada sebelumnya yang hanya berdasarkan kepada hawa nafsu (Fathul bari 11/187)
    Jadi yang seharus dilakukan adalah, setelah kita melaksanakan sholat istikharah kita pilih mana yang terbaik (berazam) dan meyerahkan segala urusannya pada Allah. Karena kalau pilhan tersebut adalah pilihan yang terbaik, maka Allah akan memudahkannya bagi orang tersebut dan akan memberkahinya. Tetapi jika hal tersebut adalah sebaliknya maka Allah akan memalingkannya dan memudahkan orang tersebut kepada kebaikan dengan idzin-Nya. (Bughyatul Mutathowwi’ Fi Sholat At-Tathowwu’ hal 105)
    Kami tidak mendapatkan dalil shohih yang menjelaskan tentang batasan minimum maupun maksimum pelaksanaan sholat istikharah. Sedangkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu sunni dari Anas r.a. ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Anas, apabila engkau berniat melaksanakan suatu urusan, maka minta pilihan pada tuhanmu mengenai urusan tersebut tujuh kali, kemudian perhatikan mana urusan yang pertama dipilih oleh hatimu, karena kebikan ada padanya.”
    Hadis di atas dihoif sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Hajar, “Sanadnya dhoif sekali.” (Fathul Bari 11/187). Al-Iroqi berkata, “Mereka (para rowi) memang terkenal tetapi di antara mereka ada rowi yang terkenal dengan kedhoifannya (bahkan sangat dhoif) yaitu Ibrohim bin Al-Baro” (Kitab Al-Adzkar An-Nawawi dan Tuhfatul Abror As-Suyuthi hal 162-163)
    Istikharah dilakukan untuk memohon Allah taala menunjukkan kita jalan samada ingin melakukan seuatu perekara atau meninggalkannya. Namun kebiasaan daripada masyarakat kita hanya melakukan Istikharah hanya ketika terdapat pertembungan antara dua perkara samada ingin memilih “A” ataupun “B”. Sedangkan walaupun tiada pertembungan, Istikharah masih perlu dilakukan sebagaimana gesaan Rasulullah kepada para sahabat sebagaimana hadith-hadith yang dinyataka sebelum ini walaupun perkara tersebut amatlah remeh.
    Masa yang paling sesuai untuk melakukan Solat Istiikharah sebagaimana pendaat ulama’ adalah ketika waktu Sahur kerana ianya adalah waktu yang paling afdhal dari sudut diterimanya sesuatu amalan dan doa kita.

    Daripada Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. pernah bersabda : “Allah taala akan turun tiap-tiap hari kelangit dunia ketika mana 1/3 malam terakhir (waktu sahur), lalu Allah taala menyeru kepada makhluk-makhluk Nya : Sesiapa yang memohon doa kepadaku maka akan aku perkenankan doanya, sesiapa yang mengharapkan sesuatu disisiku maka akan aku berikannya, dan sesiapa yang meminta ampun daripadaku maka akan aku ampunkannya”. (Riwayat Imam Muslim)


    TATA CARA SHALAT ISTIKHARAH

    Tata cara solat istikharah lebih kurang sama dengan solat subuh, Hanya niatnya saja yang berlainan, iaitu berniat solat istikharah. dilaksanakan sebelum tidur ataupun setelah bangun tidur. Sangat baik dilakukan sesudah lewat tengah malam disaat sunyi, supaya hati lebih khusyuk dalam mengemukakan permohonan kepada Allah. Solat ini sangat peribadi sifatnya. Sebab itu harus dikerjakan sendirian. Solat ini tidak memakai azan atau iqamah.
    -Lafaz niat:
    اصلى سنة الاستخراة ركعتين لله تعالى
    Ushalli Sunnatal Istikharaati Rak’ataini Lillahi Ta’aala
    “Sahaja Aku sembahyang sunnat istikharah 2 rakat tunai kerana Allah Ta’ala”
    -Rakaat pertama:
    Baca surah Al-fatihah dan surah Al-kafirun
    -Rakaat kedua:
    Baca surah Al-fatihah dan surah Al-ikhlas
    Selepas salam, bacalah doa yang disarankan dalam istikharah
    Dalam berdoa sebaiknya menyebutkan permintaan yang ingin diberikan petunjuk oleh Allah s.w.t. misalnya: “Ya Allah, jika hal ini….(sebutkan namanya)”

    DOA ISTIKHARAH

    Setelah selesai solat, berdoa seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW:


    Allaahumma inni astakhiiruka bi’ilmika, wa astaqdiruka biqudratika wa as aluka min fadhlikal azhiim. Fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wata’lamu wa laa a’lamu, wa anta allaamul ghuyuub.
    Allaahumma inkunta ta’lamu anna haadzal amra khairun lii fii diinii wama’aasyii wa ‘aaqibati amrii, ‘aajili amrii wa aajilihi faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baarikliifiihi. Wa inkunta ta’lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibatu amrii ‘aajili amrii wa aajilihi fashrif annii washrifni ‘anhu waqdur liyal khairahaytsu kaana tsumma ardhinii bihi, innaka ‘alaa kulli syai-in qadiir
    ِِArtinya:-
    “Ya Allah, aku memohon petunjuk memilih yang baik dalam pengetahuanMu, aku mohon ditakdirkan yang baik dengan kudratMu, aku mengharapkan kurniaMu yang besar. Engkau Maha Kuasa dan aku adalah hambaMu yang dhaif. Engkau Maha Tahu dan aku adalah hambaMu yang jahil. Engkau Maha Mengetahui semua yang ghaib dan yang tersembunyi.
    Ya Allah, jika hal ini (***) dalam pengetahuanMu adalah baik bagiku, baik pada agamaku, baik pada kehidupanku sekarang dan masa datang, takdirkanlah dan mudahkanlah bagiku kemudian berilah aku berkah daripadanya.
    Tetapi jika dalam ilmuMu hal ini (***) akan membawa bencana bagiku dan bagi agamaku, membawa akibat dalam kehidupanku baik yang sekarang ataupun pada masa akan datang, jauhkanlah ia daripadaku dan jauhkanlah aku daripadanya. Semoga Engkau takdirkan aku pada yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas setiap sesuatu.”


    .


    MAKSUD ISTIKHARAH

    Istikharah bermaksud : memohon dan meminta yang terbaik.

    Pengenalan istikharah diajar oleh Rasulullah adalah sebagai meminta petunjuk daripada Allah taala dengan pilihan yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang ingin kita lakukan. Sesungguhnya Allah taala adalah tempat kita mengadu dan memohon. Ianya adalah sebagai satu jalan terbaik untuk menentukan pilihan dan ikhtiar makhluk agar sentiasa dipandu dengan petunjuk dan hidayah Allah taala.

    Firman Allah taala : “dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki, bagi manusia tidak ada pilihan (kecuali ianya adalah daripada pilihan dan ketentuan Allah)..” (al-Qasas : 68)

    Imam ibn Hajar ada menyebutkan dalam kitabnya Fathul Bari bahawa Al-Imam Hafiz Abdul Rauf al-Munawi berkata : “Istkharah adalah meminta yang terbaik daripada Allah taala pada sesuatu perkara yang ingin dilakukan, hakikatnya adalah kita menyerahkan ikhtiar dan usaha kita hanya kepada Allah taala, ini adalah kerana hanya Dialah sahaja yang mengetahui yang terbaik kepada setiap hamba-nya, dan Dialah penentu keatas apa sahaja yang terbaik sebagai pilihan kepada hamba-Nya”.

    Begitulah perihal seorang muslim disisi Tuhan-Nya, sentiasa menyerahkan setiap ceruk hidupnya hanya kepada Allah sebagai penentu setiap keputusan.

    Daripada Sa’ad bahawasanya Rasulullah s.a.w. pernah bersabda : “Daripada kebahagiaan seseorang anak Adam adalah mereka yan sentiasa beristikharah kepada Allah taala, daripada kebahagiaan anak Adam juga adalah mereka yang sentiasa redha dengan setiap ketentuan Allah baginya. Adapun daripada kecelakaan anak Adam adalah meninggalkan beristikharah kepada Allah taala, dan daripada kecelakaan anak Adam juga adalah tidak berpuas hati dengan setiap ketentuan Allah baginya”. (Riwayat Imam Tarmizi)

    Fungsi dan tujuan Shalat Istikharah terlihat yaitu pada ketika manusia sedang nyenyak tidur dan dunia hening tanpa ada suara yang hiruk pikuk, pada saat itu seorang hamba Allah ruku’ dua rakaat memanjatkan doa dan mengadukan nasibnya kepada Yang Maha Kuasa. Hati yang teguh disertai keyakinan yang kuat akan kebenaran agama Islam, niscaya semua kesulitan akan terpecahkan secara baik karena Shalat Sunnat Istikharah memberikan arah dan ketentraman kepada jiwa yang sedang kalut. Allah SWT akan memberikan petunjuk atas apa yang umat manusia resahkan melalui Rahmat dan Syafaat-Nya kepada hati sanubari manusia. Hati sanubari inilah kemudian yang menggerakkan raga manusia untuk memilih salah satu yang ditunjuk Allah. Namun sekiranya setelah selesai Shalat Sunnat Istikharah dan persoalan tidak juga kunjung terpecahkan. Ingat, jangan salahkan Allah, mungkin kita belum memenuhi syarat dan kriteria agar suatu doa diakbulkan. Mungkin juga hanya masalah waktu, sebaiknya kita ulangi dua sampai tiga kali Shalat Sunnat Istikharah kita. Sehingga Allah memberikan petunjuk-Nya (ilham) kepada diri kita. Sebab ada hal yang tidak dapat diperkirakan oleh akal manusia, yakni gerak Allah membantu hamba-Nya. Begitu juga, manusia kadang-kadang tidak sadar, bahwa ia justru sedang menikmati suatu karunia Illahi.

    ANCAMAN BERPEGANG SELAIN DARIPADA ALLAH

    Ini bertentangan sekali dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh orang-orang kafir dan munafiq serta mereka-mereka yang lemah imannya. Secara adatnya mereka akan menjalani kehidupan mereka tanpa memandang kepada kuasa dan ketentuan Allah taala. Bahkan mereka penuh yakin bahwa setiap ketentuan dan keadaan adalah daripada tindakan makhluk itu sendiri samada daripada usaha ikhtiar mereka, bomoh, tilik nasib, ilmu teri, ilmu nujum, dan lain-lain daripada perkara khurafat dan tahyul. Sungguh telah kufurlah mereka yang berpegang dengan perkara-perkara itu semua.

    Sebagaimana daripada Abu Hurairah, bahawasanya Rasulullah s.a.w. pernah bersabda : “Sesiapa yang mendatangi ahli nujum dan bomoh lalu mempercayainya setiap apa yang diperkatakannya, maka sesungguhnya telah kufurlah dia dengan apa yang telah diturunkan oleh Muhammad s.a.w.” (Riwayat Imam Ahmad)

    Semua perkara-perkara tersebut adalah bertitik tolak daripada pengamalan yang dilakukan oleh golongan-golongan jahiliah dahulu yang tidak menjadikan agama sebagai panduan dalam kehidupan mereka. Islam melaran dengan keras penggunaan perkara-perkara tersebut. Ini adalah kerana setiap ketentuan dan perkara yang ghaib itu hanyalah Allah taala sahaja yang mengetahuinya.

    Firman-Nya : “Katakanlah (wahai Muhammad) : tidak ada sesuatu pun dilangit dan dibumi yang mengetahui perkara-perkara ghaib kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui bilakah mereka akan dibangkitkan” (al-Naml : 65)




    APAKAH SEMUA PERKARA PERLU ISTIKHARAH?

    Daripada Jabir bin Abdullah r.a. berkata : “Adapun Rasulullah s.a.w. mengajarkan kami Istikharah dalam melakukan sesuatu perkara sebagaimana baginda mengajarkan kami satu Surah daripada Al-Quran. Baginda Rasulullah s.a.w. bersabda : Apabila merancang salah seorang daripada kamu dalam sesuatu perkara, maka hendaklah dia melakukan solat sunat dua rakaat..”. (Riwayat Imam Bukhari)

    BerdasarkaN Hadith daripada sahabat Jabir bin Abdullah diatas, maka mengertilah kita bahawa Solat Istikharah adalah umum. Namun, umumnya Solat Istikharah terkecuali daripada perkara-perkara yang wajib, sunat, haram dan makruh.

    Imam ibn Hajar al-‘Asqalani dalam Fathul Bari ada menyatakan tentang Solat Istikharah : “Telah berkatalah ibn Abi Jamrah : Ianya adalah umum dan dikehendaki dengannya khusus ; Maka sesungguhnya perkara yang hukumnya Wajib dan Sunat tidak perlu dilakukan Istikharah pada mengerjakan kedua-duanya, adapun bagi perkara-perkara yang Haram dan Makruh juga tidak perlu dilakukan Istikharah dalam meningalkan kedua-duanya, maka bahwasanya Solat Istikharah hanya tertentu kepada perkara yang Harus sahaja”.

    Al-Imam Syaukani juga ada menyebutkan dalam Nilul Autor : “Ianya membawa kepada dalil umumnya kepada semua perkara, bahawasanya seseorang itu tidak harus memandang hina sesuatu perkara kerana kecilnya perkara tersebut, lalu tidak mengambil berat dengannya lantas meninggalkan daripada melakukan Istikharah kepada Allah taala. Maka boleh jadi perkara tersebut ada tersembunyi sesuatu yang tidak diketahui maka menyebabkan tindakan memandang lekeh tadi mengundang kepada dharar (kemudaratan) yang besar samada kita melakukannya atau meningalkannya tanpa melakukan Istikharah kepada Allah taala. Ini kerana sebagaimana Rasulullah s.a.w. pernah bersabda : “Wajib salah seorang kamu memohon/meminta kepada Tuhannya walaupun berkenaan tali seliparnya” (Riwayat Imam Tarmizi)

    APAKAH JAWABANNYA SELALU LEWAT MIMPI?

    Tidak ada satu keterangan pun yang menjelaskan bahwa hasil dari sholat istikharah akan ada pada mimpi. Sejumlah ulama di antaranya Imam An-Nawawi menyatakan bahwa pilihan akan diberikan kepada orang yang melaksanakan sholat tersebut dengan dibukakan hatinya untuk menerima atau melakukan suatu hal.
    Tetapi pendapat ini ditentang oleh sejumlah ulama diantaranya Al-’Iz bin Abdis-Salam, Al-Iroqi dan Ibnu Hajar. Bahwasanya orang yang telah melaksanakan sholat istikharah hendaklah melaksanakan apa yang telah diazamkannya, baik hatinya menjadi terbuka maupun tidak tidak.
    Ibnu Az-Zamlakani berkata, “Apabila seseorang melaksanakan sholat istikharah dua rakaat karena sesuatu hal, maka hendaklah ia mengerjakan apa yang memungkinkan baginya, baik hatinya menjadi terbuka untuk melakukannya atau tidak, karena sesungguhnya kebaikan ada pada apa yang dia lakukan meskipun hatinya tidak menjadi terbuka.” Beliau berpendapat karena dalam hadis Jabir tidak dijelaskan adanya hal tersebut (Thobaqot Asy-Syafi’iyah/ Ibnu As-Subki 9/206).
    Sedangkan hadis Anas bin Malik yang dijadikan alasan oleh Imam Nawawi didhoifkan oleh sejumlah ulama (Fathul Bari 11/187)

    KAIFIAT MELAKUKAN SOLAT ISTIKHARAH

    Tidak terdapat secara khusus daripada hadith-hadith yang lepas bacaan-bacaan yang khusus dalam Solat Istikharah kecuali doa. Oleh itu, selepas bacaan Surah Al-Fatihah kita dibolehkan membaca apa sahaja surah daripada Al-Quran. Namun disana terdapat ijtihad daripada para ulama’ dalam menjelaskan kaifiat dan bacaan sebagai garis panduan memudahkan kita orang awam melakukannya.

    Imam Nawawi berpendapat bahawa, ayat yang paling munasabah untuk dibaca pada rakaat pertama selepas Surah al-Fatihah adalah Surah al-Kafirun, manakala pada rakaat yang kedua dibaca Surah al-Ikhlas.

    Beliau berpendapat kerana kedua-dua Surah tersebut mencakupi tentang usul dalam agama. Surah al-Kafirun menyentuh tentang menjauhkan diri daripada kekufuran dan ahlinya serta memisahkan perkara yang hak dan batil. Adapun Surah al-Ikhlas menyentuh tentang pengiktirafan dan pengakuan supaya mentauhidkan Allah taala pada zat, sifat dan perbuatan Allah taala. Maka sesuailah dibacakan dalam Solat Istikharah dalam tujuan memohon petunjuk daripada Allah dan memilih keputusan antara baik dan buruk.

    Adapun Imam al-Qartubi dalam kitabnya al-Jamie’ Li Ahkam al-Quran menyatakan, bacaan pada rakaat pertama adalah daripada Surah al-Qasas ayat 68, manakala pada rakaat kedua daripada Surah al-Ahzab ayat 36. Beliau berpendapat bahawa kedua-dua ayat tersebut menunjukkan kebergantungan seseorang hamba yang perlu diserahkan sepenuh jiwa dan raganya hanya kepada pemilik setiap urusan dunia dan akhirat iaitu Allah taala.

    Imam ibn Hajar al-‘Asqalani telah menghimpun dan menggabungkan diantara pendapat daripada Imam Nawawi dan Imam al-Qartubi. Pada rakaat pertama dibaca Surah al-Kafirun beserta Surah al-Qasas ayat 68, manakala pada rakaat kedua pula dibaca Surah al-Ikhlas beserta Surah al-Ahzab ayat 36.


    APAKAH YANG PERLU DILAKUKAN SELEPAS DARIPADA ISTIKHARAH ?

    Imam Nawawi dalam kitabnya al-Azkaar berkata : “Maka hendaklah dia memilih perkara yang dia merasa lapang dadanya pada perkara tersebut”.

    Berkata Imam Izzuddin Abdul Salam : “Lakukanlah apa yang muafakat dengan dirinya (kecenderungan hatinya)”.

    Imam ibn Hajar al-‘Asqalani ada menyebut : “Apa yang muktamad adalah janganlah seseorang itu melakukan sesuatu perkara yang padanya didorong oleh hawa nafsu walaupun dia merasa lapang dadanya dengan melakukan perkara tersebut sebelum dia beristkharah”.1

    Benarlah pendapat yang dikemukakan oleh Imam ibn Hajar diatas kerana tiadalah faedah yang boleh diambil daripada Solat Istikharah andainya pilihan kita tidak dipandu oleh cahaya kebenaran dan masih melakukan maksiat kepada Allah taala.

    Tidak menjadi syarat dan petunjuk kita mesti bermimpi setelah selesai beristikharah. Bahkan seboleh-bolehnya bagi kita sentiasalah berulang-ulang melakukan Solat Istikharah kepada Allah taala agar pilihan yang akan dilakukan dipandu dengan petunjuk-Nya dan hati serta naluri kita sentiasa merasa lapang apabila melakukan pilihan tersebut.

    ADAB-ADAB BERISTIKHARAH

    Hendaklah kepada setiap mereka yang melakukan Istikharah kepada Allah taala mengosongkan hatinya daripada mengikut hawa nafsu dalam pilihannya.

    2. Mestilah menyerahkan sepenuh pilihannya kepada pilihan Allah taala, janganlah ada sedikit pun pergantungan kepada perkara-perkara lain melainkan hanya sebagai asbab musabbab dan wasilah sahaja dalam menyampaikan hajatnya.

    3. Hendaklah sentiasa redha kepada Allah dengan setiap apa yang telah ditaqdirkan untuknya kerana setiap perkara itu pasti ada hikmah dan rahsia.

    4. Sentiasa merasakan hasil daripada istikharah itu adalah bimbingan Allah taala kepada hambanya dalam memperbaiki diri dan mendapatkan kejayaan dunia dan akhirat.

    5. Mestilah ketika beristikharah kepada Allah taala dengan hati yang penuh sedar, yaqin dan thiqah (percaya)bahawa Allah akan memaqbulkan setiap pilihan dan memberi kita yang terbaik dalam hidup.

    Daripada Abdullah bin Amru bin al-Ash, bahawa Rasulullah s.a.w. berkata : “Sesungguhnya pada hati-hati manusia ada kesedaran, setengahnya merupakan kesedaran bagi setengah yang lainnya, maka apabila kamu memohon sesuatu daripada Allah maka pohonlah kepada-Nya dengan yaqin bahawa Allah akan kabulkannya, maka sesungguhnya Allah tidak akan memaqbulkan bagi seorang hamba pada doanya dalam keadaan hatinya yang lalai (tidak sedar dan yaqin dengan pemberian Allah)”. (Riwayat Imam Ahmad)















    D. KESIMPULAN DAN SARAN

    Allah taala adalah tempat berbincang dan tempat mengadu. Andainya kita sebagai muslim dan muslimat yang benar-benar beriman kepada-Nya maka Dialah Allah sebagai tempat kita menyerahkan segala urusan dan tindakan samada besar atau kecil, penting atau tidak sesuatu perkara tersebut. Kerana disitulah kita dapat melihat adakah disana terdapat pergantungan hati seorang hamba dengan Tuhannya ataupun tidak. Kerana hanya Allah taala sahaja yang terbaik untuk menentukan hala tuju kita dalam melakukan sesuatu perkara sedangkan kita tidak mengerti apakah hikmah dan rahsia terhadap setiap perkara yang kita kerjakan.

    Firman Allah taala : “…dan boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. Dan (ingatlah), Allah jualah Yang mengetahui (semuanya itu), sedang kamu tidak mengetahuinya”. (Surah al-Baqarah : 216)

    Jangan merasa kecewa andai ternyata dalam keputusan yang dipilih menimbulkan keinginan yang tidak disukai. Ingatlah bahawa ini adalah yang telah digariskan pada azali yang tidak dapat dielakkan, besar kemungkinan mengandungi hikmah, membawa kebaikan dimasa akan datang, hendaklah tetap mempunyai husnuz-zan kepada Allah

























    E. DAFTAR PUSTAKA

    1. Al-Quran al-Karim
    2. Sahih Bukhari
    3. Sahih Muslim
    4. Sahih Tarmizi
    5. Musnad Imam Ahmad
    6. Fathul Bari : Imam ibn Hajar al-'Asqalani
    7. Al-Azkaar : Imam Nawawi
    8. Solat Istikharah Fadhluha wa Ahkamuha : Dr. Ahmad Muhammad al-Syarqawi 9.http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&task=view&id=497&Itemid=30
    10. http://jampasir.wordpress.com/2009/03/28/shalat-istikharah-kapan-bagaimana/
    11. http://pencerahan.blogspot.com/2006/10/apa-fungsi-dan-tujuan-shalat-sunnat.html

    0 komentar:

    Posting Komentar