Pengertian
Model Pembelajaran
Apabila
antara pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran sudah terangkai
atau menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah model pembelajaran. Jadi
model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru, dengan kata lain model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinyanya suatu proses yang sifatnya umum, di dalamnya mewadahi,
menginspirasi dan menguatkan. Ada 2 jenis pendekatan pembelajaran yaitu: pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student contered approach)
dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher contered
approach).
Dari
pendekatan pembelajaran selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmum, 2003) mengemukakan ada 4 rumusan
strategi dari setiap usaha yaitu:
1.
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil dan sasaran
(target).
2.
Mempertimbangkan dan memilih pendekatan utama (basic way) yang paling
efektif untuk mencapai tujuan.
3.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah yang tempuh sejak titik awal
sampai dengan sasaran.
4.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolak ukur serta patokan ukuran (standar) untuk
mengukur taraf keberhasilan.
Menurut
Wina Sanjaya strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Metode
pembelajaran (Wina Sanjaya, 2008) merupakan cara yang digunakan untuk
merealisasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Contoh: ceramah, debat, pengalaman,
dan lain-lain.
Teknik
pembelajaran merupakan cara yang dilakukan seseorang untuk menerapkan suatu
metode secara spesifik.
Contoh:
diskusi pada kelas yang siswanya aktif tentu berbeda metodenya dengan diskusi
pada kelas yang tidak aktif.
Macam-macam
Model Pembelajaran
Ada
beberapa model pembelajaran yaitu: sebagai berikut:
1.
Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dirancang untuk pembelajaran
kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social
skill) termasuk interpersonal skill.
Falsafah
yang menjadi dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah:
1.
Manusia sebagai mahluk sosial.
2.
Gotong royong.
3.
Kerjasama merupakan kebutuhan penting bagi kehidupan manusia.
Unsur-unsur
dalam pembelajaran kooperatif
1.
Mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh, antar
sesama sebagai latihan hidup bermasyarakat.
2.
Saling ketergantungan positif anar individu (tiap individu mempunyai kontribusi
dalam mencapai tujuan).
3.
Tanggung jawab secara individu.
4.
Temu muka dalam proses pembelajaran.
5.
Komunikasi antar anggota kelompok.
6.
Evaluasi proses pembelajaran kelompok.
Ciri-ciri
pembelajaran kooperatif adalah:
1.
Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
2.
Siswa dalam kelompok sehidup semati.
3.
Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama.
4.
Membagi tugas dan tanggung jawab sama.
5.
Akan dievaluasi untuk semua.
6.
Berbagai kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama.
7.
Diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang ditangani.
Langkah-langkah
umum pembelajaran kooperatif adalah:
1.
Berikan informasi dan sampaikan tujuan serta skenario pembelajaran.
2.
Diorganisasikan siswa/peserta didik dalam kelompok kooperatif.
3.
Bimbing siswa untuk melakukan kegiatan.
4.
Evaluasi.
5.
Memberi penghargaan.
Jenis-jenis
pembelajaran kooperatif:
1.
Tipe STAD (student achievement divisions) yaitu siswa atau peserta didik
dikelompokkan dalam proses pembelajaran (Slavin, 1995).
Langkah-langkah
STAD adalah:
1.
Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut
jenis kelamin, suku,prestasi, dan lain-lain).
2.
Guru menyajikan pelajaran.
3.
Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok
(anggotanya yang tahu menjelaskan anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok mengerti).
4.
Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa.
5.
Memberi evaluasi.
6.
Kesimpulan.
2.
Tipe TGT (team game tournament)
Pada
dasarnya tipe pembelajaran TGT sama dengan tipe STAD, hanya saja pada TGT
terdapat modifikasi pada evaluasi yang dilakukan menggunakan tournament yang
fungsinya untuk memberikan motivasi kepada siswa.
3.
Tipe Jigsaw (tim ahli/expert group)
(Aronson,
Blaney, Stephen, Sikes, and Snapp, 1978). Langkah-langkah tipe Jigsaw.
1.
Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.
2.
Tiap orang dalam tim diberikan materi yang berbeda.
3.
Tiap orang di dalam tim diberikan bagian materi yang ditugaskan.
4.
Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ sub bab yang sama
bertema dengan kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab
mereka.
5.
Setelah selesai diskusi dengan team ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal
dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka
kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6.
Tiap team ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7.
Guru memberi evaluasi.
8.
Penutup.
4.
Tipe KI (Kelompok Investigasi)
Langkah-langkah
model ini adalah:
1.
Kemukakan masalah/pertanyaan dari hasil pengamatan.
2.
Kegiatan kelompok kooperatif untuk menjawab masalah-masalah (pengamatan lebih
lanjut atau eksperimen).
3.
Melaporkan hasil kegiatan kelompok berupa produs atau presentasi.
4.
Penghargaan kelompok.
5.
Tipe NHT (Numbered Head Together) atau Kepala Bernomor) oleh Spencer
Kagan (1992).
Yaitu
guru memberi tugas, kemudian hanya siswa bernomor saja yang berhak menjawab
(mencegah dominasi siswa tertentu).
Langkah-langkag
NHT adalah:
1.
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
2.
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.
Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok
dapat mengerjakannya.
4.
Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan
hasil kerjasama mereka.
5.
Tanggapan dari teman-teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6.
Kesimpulan
6.
Kepala Bernomor Struktur (KBS)
Merupakan
modifikasi dari number head together.
Langkah-langkah
KBS adalah:
1.
Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
2.
Penugasan diberi kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas
berangkai.
Contoh:
Siswa
nomor satu bertugas mencatat soal.
Siswa
nomor dua mengerjakan soal.
Siswa
nomor tiga melaporkan hasil kegiatan dan seterusnya.
3.
Jika perlu guru menyuruh kerjasama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompok dan bergabung dengan beberapa siswa yang bernomor sama.
4.
Melaporkan hasil dan tanggapan dari kelompok lain.
5.
Merumuskan simpulan.
7.
Think-Pair-Share (Frank Lyman, 1985)
-
Think (berpikir): memberi kesempatan kepada siswa untuk mencari jawaban
tugas secara mandiri.
-
Pairing (berpasangan): bertukar pikiran dengan teman sebangku.
-
Sharing (berbagi): berdiskusi dengan pasangan lain (menjadi 4 siswa).
Langkah-langkah
think-pair-share adalah:
1.
Guru menyampaikan topik inti dan kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Siswa diminta untuk berpikir tentang topik materi/ permasalahan yang
disampaikan guru secara individual.
3.
Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelumnya (kelompok 2 orang dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing tentang topik tadi.
4.
Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok pasangan mengemukakan hasil
diskusinya untuk berbagi (share) dengan seluruh siswa di kelas.
5.
Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan
dan menambah materi yang belum diungkap para siswa.
6.
Guru memberi kesimpulan.
7.
Penutup.
8.
Tipe Mind Mapping (MM) atau Concept Mapping (CM)
Tipe
ini bermaksud agar siswa lebih terampil untuk menggali pengetahuan awal yang
sudah dimiliki dan memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan pengalaman belajar.
Langkah-langkah
adalah:
1.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Guru mengemukakan konsep/permasalahan utama atau major konsep/permasalahan
tersebut mempunyai sub konsep atau alternatif jawaban.
3.
Membuat kelompok diskusi yang anggotanya 2-3 orang.
4.
Tiap kelompok mencatat sub konsep/alternatif jawaban hasil diskusi.
5.
Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru
mencatat dipapan dan mengelompokkan sesuai dengan kebutuhan guru.
6.
Dari data-data dipapan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberikan
bandingan sesuai dengan konsep yang disediakan guru.
9.
Tipe Snowball Thorowing (ST)
Langkah-langkahnya
adalah:
1.
Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2.
Guru membentuk kelompok dan memanggil ketua kelompok untuk melakukan penjelasan
tentang materi.
3.
Masing-masing kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada teman-temannya.
4.
Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu
pertanyaan yang menyangkut materi yang dijelaskan oleh ketua kelompok.
5.
Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang
lainnya selama ± 15 menit.
6.
Setelah siswa dapat satu bola, satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola
secara bergantian.
7.
Evaluasi.
8.
Penutup.
10.
Dua Tinggal, Dua Tamu (Duti-Duta)
Ciri-cirinya
adalah:
1.
Satu kelompok beranggota 4 siswa.
2.
Beri tugas untuk berdiskusi.
3.
Setelah selesai dua siswa ketemu kelompok lain.
4.
Dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua temannya.
5.
Tamu kembali ke kelompok dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
11.
Time Token (TITO)
Model
ini menggunakan kartu, dengan langkah-langkahnya adalah:
1.
Semua siswa diberi “kartu bicara”.
2.
Di dalam kelompok siswa sudah menyampaikan pendapat harus menyerahkan satu
kartunya.
3.
Demikian seterusnya, sampai siswa yang habis kartunya tidak berhak bicara lagi.
12.
Debate
Yaitu
suatu metode pembelajaran, tetapi dalam implementasinya dapat dikaitkan dengan
pembelajaran cooperative learning apabila dalam implementasinya
aplikasinya menggunakan kelompok.
Langkah-langkahnya
adalah:
1.
Guru membagi 2 kelompok peserta debat, yang satunya kelompok pro dan yang
lainnya kelompok kontra.
2.
Guru memberi tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua
kelompok.
3.
Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara yang ditanggapi
oleh kelompok kontra.
4.
Siswa menyampaikan gagasannya, dan guru menulis inti atau ide-ide setiap
pembicaraan dipapan tulis.
5.
Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap.
6.
Dari data yang ditulis dipapan tulis, guru mengajak siswa untuk membuat
kesimpulan yang mengacu pada topik yang dibicarakan.
13.
Tipe Picture and Picture (PP)
Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
1.
Guru menyimpulkan kompetensi yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.
2.
Guru menyajikan materi sebagai penghantar.
3.
Guru menunjukkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan kompetensi/materi.
4.
Guru menunjukkan siswa secara bergantian untuk mengurut gambar-gambar yang
menjadi urutan sistematis dan logis.
5.
Guru menanyakan alasan urutan gambar tersebut.
6.
Berdasarkan alasan urutan gambar tersebut guru menanamkan konsep/materi sesuai
dengan materi yang ingin dicapai.
7.
Guru menyimpulkan dan merangkum.
14.
Cooperative Integreted Reading and Composition (CIRC) (Steven and
Slavin, 1995)
Langkah-langkahnya:
1.
Membentuk kelompok dari 4 orang secara heterogen.
2.
Guru memberi wacana/kliping sesuai topik pembelajaran.
3.
Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping yang ditulis pada lembaran kertas.
4.
Mempresentasikan hasil kelompok.
5.
Guru membuat kesimpulan bersama.
6.
Pembelajaran ditutup.
15.
Student Fasilitator and Expailing (SFE)
Langkah-langkahnya
adalah:
1.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Guru mempresentasikan materi.
3.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lain baik
melalui bagan atau peta konsep.
4.
Guru menyimpulkan pendapat atau ide siswa.
5.
Guru menerangkan/merangkum semua materi yang dipresentasikan.
6.
Penutup.
16.
Cooperative Script (CS) (Denserou, dkk, 1985 dalam Riyanto, 2003)
Langkah-langkahnya
yaitu:
1.
Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2.
Guru membagikan wacana/materi tiap-tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan.
3.
Guru dan siswa menetapkan siswa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
pendengar.
4.
Pembicara membacakan ringkasan selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide
pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar:
a.
Menyimak/mengoreksi/melengkapi ide-ide pokok yang kurang lengkap.
b.
Membantu mengingat dan menghafal ide-idel pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lain.
5.
Bertukar peran, yang semula sebagai pembicara ditukar sebagai pendengar dan
sebaliknya.
6.
Merumuskan simpulan bersama siswa dan guru.
7.
Penutup.
2.
Model Pembelajaran Langsung (Direct Learning)
Metode
pembelajaran ini menekankan pembelajaran yang didominasi oleh guru. Peran guru
yang dimaksud adalah:
1.
Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dikuasai siswa dan tujuan pembelajaran.
2.
Guru mendemonstrasikan pengetahuan/keterampilan dengan benar atau menyajikan
kinformasi tahap demi tahap.
3.
Guru merencanakan dan memberikan bimbingan latihan awal.
4.
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan
balik.
5.
Guru memberikan persiapan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan
perhatian khusus (Soeparman Kardi dan Mohamad Nur, 1999:8).
3.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning/PBL)
Model
pembelajaran berbasis masalah yaitu memfokuskan kepada siswa dengan mengarahkan
siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan terlibat langsung secara aktif dalam
pembelajaran kelompok, yang mengembangkan berfikir siswa dalam mencari
pemecahan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi secara
rasional dan autentik.
Langkah-langkah
model pembelajaran ini yaitu:
1.
Guru mempersiapkan dan melempar masalah kepada siswa.
2.
Membentuk kelompok kecil, dalam masing-masing kelompok siswa mendiskusikan
masalah tersebut dengan memanfaatkan pengetahuan/keterampilan yang dimiliki.
Siswa membuat rumusan masalah dan hipotesis-hipotesis.
3.
Siswa mencari (hunting) informasi dan data yang berhubungan dengan
masalah yang sudah dirumuskan.
4.
Siswa berkumpul dalam kelompok untuk melaporkan data apa yang sudah diperoleh
dan mendiskusikan.
5.
Kegiatan diskusi penutup sebagai kegiatan akhir apabila memperoleh solusi yang
tepat.
4.
Model Pembelajaran Pemerosesan Informasi (Liliasari, 1997)
Model
pembelajaran pemerosesan informasi berpusat pada aktivitas siswa secara mental
untuk membangun pengetahuannya dengan cara mengembangkan kemampuan berpikir.
Ada
7 model yang termasuk rumpun model pemerosesan informasi (Joyce,1992) adalah:
a.
Model berpikir induktif
Tujuannya
untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif dan penalaran atau pembentukan
teori.
b.
Model latihan inkuiri
Tujuannya
untuk melibatkan siswa berpikir sebab akibat dan melatih mengajukan pertanyaan
secara lancar.
c.
Pemerolehan konsep (concept attainment)
Tujuan
untuk mengajar pembentukan konsep.
d.
Ingatan (memori)
Untuk
meningkatkan kapasitas mengingat dan menerima informasi.
e.
Perkembangan kognitif
Untuk
meningkatkan kemampuan berpikir dan pengembangan intelektual khusus berpikir
logis.
f.
Pengorganisasian (advance organizer)
Untuk
meningkatkan kemampuan mengelola informasi dalam kapasitas membentuk dan
menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada.
g.
Sinektik
Untuk
meningkatkan berpikir kreatif.
5.
Model Sembilan Peristiwa Belajar
Sembilan
peristiwa pembelajaran adalah aktivitas-aktivitas belajar menurut Gagne.
Kesembilan
peristiwa pembelajaran yang ada setiap fase belajar yaitu sebagai berikut:
a.
Membangkitkan perhatian
Kegiatan
paling awal dalam pembelajaran adalah membangkitkan perhatian siswa agar mampu
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir pelajaran, yang dapat dilakukan
dengan memberi rangsangan sesuai dengan kondisi yang ada.Contoh: gerak badan,
perubahan suara, dan lain-lain.
b.
Memberitahukan tujuan pembelajaran pada siswa
Memberitahukan
tujuan pembelajaran kepada siswa bertujuan agar siswa mempunyai penghargaan dan
tujuan selama belajar. Keuntungan menjelaskan tujuan adalah agar siswa dapat
menjawab sendiri pertanyaan apa ia telah belajar? Apakah materi pelajaran sudah
dikuasai.
c.
Merangsang ingatan pada materi prasyarat
Dengan
pengetahuan awal yang ada di memori kerjanya diharapkan siswa siap untuk
membuat hubungan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan yang akan
dipelajari.
d.
Menyajikan bahan perangsang
Bahan
perangsang yang disajikan berupa pokok-pokok yang penting yang bersifat kunci.
Sebelumnya guru harus menentukan bahan yang akan disajikan, apakah informasi
verbal, keterampilan intelektual atau belajar sikap.
e.
Memberi bimbingan belajar
Bimbingan
belajar diberikan dengan tujuan untuk membantu siswa agar mudah untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Contoh: bila siswa harus menguasai konsep-konsep kunci,
beri cara untuk mengingat konsep-konsep tersebut.
f.
Menampilkan unjuk kerja
Hal
ini bertujuan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai kemampuan yang
diharapkan maka mintalah mereka untuk menampilkan kemampuan dalam bentuk
tindakan yang dapat diamati oleh guru.
g.
Memberi umpan balik
Untuk
mendapat hasil yang terbaik umpan balik diberikan secara informatif dengan cara
memberi keterangan tingkat unjuk kerja yang telah dicapai oleh siswa.
h.
Menilai unjuk kerja
Bertujuan
untuk menilai apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.
i.
Meningkatkan retensi
Peristiwa
pembelajaran terakhir yang dilakukan guru adalah upaya meningkatkan retensi dan
alih belajar. Misalnya: memberikan latihan-latihan.
6.
Model Pembelajaran “Discovery Learning” (Penemuan) (Teori Belajar
Kognitif dari Bruner)
Model
pembelajaran penemuan adalah proses belajar yang mana guru harus mampu
menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri dan melakukan
eksperimen.
Tahapan-tahapan
penerapan belajar penemuna adalah sebagai berikut:
1.
Stimulus (pemberian rangsangan)
Yaitu
dengan memberi pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan dan
mendorong untuk membaca buku dan aktivitas belajar lainnya.
2.
Problem statement (mengidentifikasi masalah)
Yaitu
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian memilih dan merumuskan dalam
bentuk hipotesis.
3.
Data collection (pengumpulan data)
Yaitu
memberi kesempatan kepada siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis.
4.
Data processing (pengolahan data)
Yaitu
mengolah data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan lain-lain
kemudian ditafsirkan.
5.
Verifikasi
Yaitu
mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis
yang ditetapkan. Mengolah data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan
lain-lain kemudian ditafsirkan.
6.
Generalisasi
Yaitu
menjadikan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum yang berlaku untuk
semua kejadian dengan memperhatikan hasil verifikasi (Muhibbin Syah, 1995, hal.
245).
7.
Pembelajaran Tematik
Pendekatan
tematis atau pendekatan terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menyatupadukan serangkaian pengalaman belajar sehingga terjadi saling
berhubungan satu dengan yang lainnya dan berpusat pada sebuah pokok atau
persoalan. Pembelajaran tematik dilakukan pada anak TK dan SD kelas 1, 2, dan
3.
Pada
tahap perencanaan guru (atau beberapa guru) menentukan tema atau topik yang
akan dikembangkan dalam pembelajaran. Dari tema tersebut guru membuat jaringan
yang digambarkan dengan garis-garis dari beberapa mata pelajaran. Contoh: tema
hujan, jaringannya mata pelajaran sains bahasa Indonesia, matematika,
keterampilan, dan lain-lain.
8.
Model Pembelajaran Inquiri
Inquiri
berasal dari bahasa Inggris “Inquiey” secara harfiah berarti pendidikan. Piaget
mengemukakan metode inquiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik
untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas, dan ingin melakukan sesuatu,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, menghubungkan
penemuan yang satu dengan penemuan yang lain dan membandingkan apa yang
ditemukan dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.
Langkah-langkah
pembelajaran inquiri:
1.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam.
2.
Merumuskan masalah yang ditemukan.
3.
Merumuskan hipotesis.
4.
Merancang dan melakukan eksperimen.
5.
Menyimpulkan dan menganalisis data.
6.
Menarik, kesimpulan dan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur,
hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.
0 komentar:
Posting Komentar