Senin, 07 Mei 2012
Supervisi Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik, mengingat perkembangan komunikasi, informasi dan kehadiran media cetak maupun elektronik tidak selalu membawa pengaruh positif bagi peserta didik.
Guna mencapai semua itu maka dalam pelaksanaan tugas pendidik perlu adanya supervisi, maksud dari supervisi di sini adalah agar pendidik mengetahui dengan jelas tujuan dari pekerjaannya dalam mendidik, mengenai apa yang hendak dicapai dari pelaksanaan pendidikan tersebut. Serta mengetahui pula fungsi dari pekerjaan yang pendidik lakukan. Ini tidak lain membantu pendidik agar lebih fokus pada tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan dan menghindarkan dari pelaksanaan pendidikan yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.
Istilah supervisi baru muncul kurang lebih tiga dasawarsa terakhir ini (Suharsimi Arikunto,2004). Kegiatan serupa yang dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan. Dalam konteks sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan, supervisi merupaka bagian dari proses administrasi dan manajemen. Kegiaan supervisi melengkapi fungsi-fungsi administrasi yang ada di sekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Dengan supervisi, akan memberikan inspirasi untuk bersama-sama menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan jumlah lebih banyak, waktu lebih cepat, cara lebih mudah, dan hasil yang lebih baik daripada jika dikerjakan sendiri. Supervisi mempunyai peran mengoptimalkan tanggung jawab dari semua program. Supervisi bersangkut paut dengan semua upaya penelitian yang tertuju pada semua aspek yang merupakan factor penentu keberhasilan. Dengan mengetahui kondisi aspek-aspek tersebut secara rinci dan akurat, dapat diketahui dengan tepat pula apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas organisasi yang bersangkutan.
Pengawas bertanggung jawab terhadap keefektifan program itu. Oleh karena itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Setelah kita mengetahui realita yang terjadi seperti yang sudah tersebut di atas, maka diperlukan sebuah penjelasan secara rinci dan mendetail tentang supervisi pendidikan agar para pendidik dapat memahami betapa perlu dan pentingnya supervisi pendidikan itu.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa definisi dari supervisi pendidikan?
1.2.2. Mencakup apa saja ruang lingkup supervisi pendidikan?
1.2.3. Apa tujuan dari supervisi pendidikan?
1.2.4. Apa fungsi dari supervisi pendidikan?
1.2.5. Apa prinsip-prinsip dari supervisi pendidikan?
1.2.6. Apa sasaran dari supervisi pendidikan?
1.2.7. Apa saja metode dan teknik yang digunakan dalam supervisi pendidikan?
1.2.8. Apa saja kompetensi dasar supervisor dan pendekatan supervisi?
1.2.9. Bagaimana langakah-lankah dari supervisi pedidikan?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk memahami definisi dari supervisi pendidikan.
1.3.2. Untuk memahami cakupan ruang lingkup supervisi pendidikan.
1.3.3. Untuk memahami tujuan dari supervisi pendidikan.
1.3.4. Untuk memahami fungsi dari supervisi pendidikan.
1.3.5. Untuk memahami prinsip-prinsip dari supervisi pendidikan.
1.3.6. Untuk memahami sasaran dari supervisi pendidikan.
1.3.7. Untuk memahami metode teknik yang digunakan dalam supervisi pendidikan.
1.3.8. Untuk memahami kompetensi dasar supervisor dan pendekatan supervise.
1.3.9. Untuk memahamilangakah-lankah dari supervisi pedidikan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Supervisi Pendidikan
Istilah supervisi pendidikan dibangun dari dua kata: supervisi dan pendidikan. Dalam uraian uraian berikut hanya istilah supervise yang lebih banyak diberbicarakan dari pendidikan, karena istilah pendidikan (education) lebih lengkap telah dikupas habis dalam mata kuliah Dasar-Dasar Kependidikan. Supervisi adalah istilah yang relative baru dikenal di dunia pendidikan di Indonesia (lihat sejarah supervisi), karena itu perlu uraian secara lengkap tentang pengertiannya, yang akan dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu dari sudut etimologis, morfologis, dan semantik.
Secara etimologis, kata supervisi berasal dari bahasa Inggris, yaitu supervision, artinya pengawasan. Oteng (1983: 222) mengatakan bahwa penggunaan istilah supervisi sering diartikan sama dengan directing atau pengarahan. Sementara Suharsimi (1988: 152) mengatakan bahwa memang sejak dulu banyak orang menggunakan istilah pengawasan, penilikan atau pemeriksaan untuk istilah supervisi, demikian pula pada zaman Belanda orang mengenal istilah inspeksi.
Secara morfologis, kata supervisi terdiri atas dua kata, super dan visi (super dan vision). Menurut Ametembun (1981: 1) super berarti atas atau lebih, sedangkan visi berarti lihat, tilik, dan awasai. Jadi supervisi berarti melihat, menilik dan mengawasi dari atas; atau sekaligus menunjukan bahwa orang yang melaksanakan supervise berada lebih tinggi dari orang yang dilihat, ditilik, dan diawasi.
Secara sematik Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
2.2. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan
Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa materi supervisi pendidikan telah mulai diperkenalkan mata kuliah Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, yang menunjukkan bahwa materi supervisi tidak terlepas dari Administrasi Pendidikan pada umumnya. Rifai (1982: 124) mengatakan, bahwa di mana ada administrasi harus ada supervisi, dan jika ada supervisi tentu ada suatu yang dilaksanakan, ada administrasi sesuatu.
Dengan demikian, kedudukan supervisi pendidikan sama pentingnya dengan administrasi pendidikan, namun secara hirarkis supervisi merupakan salah satu fase atau tahap dari administrasi. Thomas H Briggs dalam Rifai (1982: 225) menegaskan, bahwa supervisi merupakan bagian atau aspek dari administrasi. Khususnya yang mengenai usaha peningkatan guru sampai kepada taraf penampilan tertentu. Sarwoto (1985: 104) menjelaskan bahwa secara teoritis yang menjadi objek supervisi ada dua aspek, yaitu:
1. Aspek manusianya, seperti sikap terhadap tugas, disiplin kerja, moral kerja, kejujuran, ketaatan terhadap peraturan organisasi, kerajinan, kecakapan kerja, kemampuan dalam bekerja sama, watak;
2. Aspek kegiatannya, seperti cara bekerja kerja (cara mengajar), metoda pendekatan terhadap siswa, efisiensi kerja, dan hasil kerja.
Pendapat Sarwoto ini secara jelas membedakan apa yang menjadi objek pengawasan (controlling) dan supervisi (supervision).
2.3. Tujuan Supervisi Pendidikan
Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran. Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar .
Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit dari supervisi pendidikan yaitu:
A. Meningkatkan mutu kinerja guru
1. Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
2. Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
3. Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.
4. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.
5. Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.
6. Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
7. Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.
B. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik
C. Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa
D. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
E. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
Adapun sasaran utama dari pelaksanaan kegiatan supervisi tersebut adalah peningkatan kemampuan profesional guru (Ngalim ,2003)
Sasaran Supervisi Ditinjau dari objek yang disupervisi, ada 3 macam bentuk supervisi:
1. Supervisi Akademik
Menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu
2. Supervisi Administrasi
Menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.
3. Supervisi Lembaga
Menyebarkan objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di sekolah. Supervisi ini dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Misalnya: Ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah), Perpustakaan dan lain-lain.
Supervisi yang baik akan menghasilkan pola kinerja yang baik, jika supervise dilakukan dengan cara dan metode yang benar pula, tentu ini menuntut pengetahuan yang benar pula bagi para supervisi dalam melaksanakan tugasnya.
1. Tujuan Umum Supervisi pendidikan
a) Berdasarkan Tujuan Umum Pendidikan
Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia “dewasa” yang
sanggup berdiri sendiri.
b) Berdasarkan Tujuan Pendidikan Nasional
Yaitu membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia-manusia
pembangunan yang dewasa dan pancasilais.
c) Berdasarkan Tujuan Supervisi sendiri
Agar tercapai perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya
dan peningkatan mutu mengajar pada khususnya
1. Tujuan Khusus Supervisi Pendidikan
a) Membantu guru-guru untuk lebih memahami tujuan yang sebenarnya dari pendidikan dan perencanaan sekolah dalam usaha mencapai tujuannya.
b) Membantu guru-guru untuk dapat lebih menyadari dan memahami kebutuhan- kebutuhan dan kesulitan-kesulitan murid dan menolong mereka untuk mengatasinya.
c) Memperbesar kesanggupan guru-guru untuk memperlengkapi dan mempersiapkan murid-muridnya menjadi anggota masyrakat yang efektif.
d) Membantu guru-guru mengadakan diagnose secara kritis aktivitas-aktivitasnya, serta kesulitan- kesulitan mengajar dan belajar murid-muridnya, dan menolong mereka merencanakan perbaikan.
e) Membantu guru-guru untuk dapat menilai aktivitas-aktivasnya dalam rangka tujuan perkembangan anak-anak.
f) Memperbesar kesadaran guru-guru terhadap tata kerja yang demokratis dan guru dapat mempelajari bersama catatan-catatan tentang kemajuan murid guna menilai keefektivan program yang disusun.
g) Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu karyanya secara maksimal dalam bidang profesi (keahlianya).
h) Membantu guru-guru untuk dapat lebih memamfaatkan pengalaman-pengalamannya sendiri.
i) Membantu untuk lebih mempopulerkan sekolah kepada masyarkat agar bertambah simpati dan kesedian masyarakat untuk menyokong sekolah.
j) Memperkenalkan guru-guru atau karyawan baru kepada situasi sekolah profesinya.
k) Melindungi guru-guru dan karyawan terhadap tuntutan-tuntutan yang tak wajar dan kritik-kritik yang tak sehat dari masyarkat.
l) Mengembangkan “profesionalisme” guru-guru.
2.4. Fungsi Supervisi Pendidikan
Fungsi supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga mengembangkan potensi kualitas guru (Sahertian, 2000:19).Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan dasar adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif (Sahertian, 2000:20).Supandi (1986:252), menyatakan bahwa ada dua hal yang mendasari pentingnya supervisi dalam proses pendidikan.
a) Perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan.
Perkembangan tersebut sering menimbulkan perubahan struktur maupun fungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan penyesuaian yang terus-menerus dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini berarti bahwa guru-guru senantiasa harus berusaha mengembangkan kreativitasnya agar daya upaya pendidikan berdasarkan kurikulum dapat terlaksana secara baik. Namun demikian, upaya tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Banyak hal sering menghambat, yaitu tidak lengkapnya informasi yang diterima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, masyarakat yang tidak mau membantu, keterampilan menerapkan metode yang masih harus ditingkatkan dan bahkan proses memecahkan masalah belum terkuasai. Dengan demikian, guru dan Kepala Sekolah yang melaksanakan kebijakan pendidikan di tingkat paling mendasar memerlukan bantuan-bantuan khusus dalam memenuhi tuntutan pengembangan pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum.
b) Pengembangan personel, pegawai atau karyawan senantiasa merupakan upaya yang terus-menerus dalam suatu organisasi.
Pengembangan personal dapat dilaksanakan secara formal dan informal. Pengembangan formal menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melalui penataran, tugas belajar, loka karya dan sejenisnya. Sedangkan pengembangan informal merupakan tanggung jawab pegawai sendiri dan dilaksanakan secara mandiri atau bersama dengan rekan kerjanya, melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan ilmiah, percobaan suatu metode mengajar, dan lain sebagainya.Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena proses belajar-mengajar yang dilaksakan guru merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu kegiatan supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Hal-hal yang diamati pengawas sekolah ketika melakukan kegiatan supervisi untuk memantau kinerja kepala sekolah, di antaranya administrasi sekolah, meliputi:
1) Bidang Akademik, mencakup kegiatan:(a) menyusun program tahunan dan semester,(b) mengatur jadwal pelajaran,(c) mengatur pelaksanaan penyusunan model satuan pembelajaran,(d) menentukan norma kenaikan kelas,(e) menentukan norma penilaian,(f) mengatur pelaksanaan evaluasi belajar,(g) meningkatkan perbaikan mengajar,(h) mengatur kegiatan kelas apabila guru tidak hadir, dan (i) mengatur disiplin dan tata tertib kelas.
2) Bidang Kesiswaan, mencakup kegiatan:(a) mengatur pelaksanaan penerimaan siswa baru berdasarkan peraturan penerimaan siswa baru, (b) mengelola layanan bimbingan dan konseling,(c) mencatat kehadiran dan ketidakhadiran siswa, dan(d) mengatur dan mengelola kegiatan ekstrakurikuler.
3) Bidang Personalia, mencakup kegiatan: (a) mengatur pembagian tugas guru,(b) mengajukan kenaikan pangkat, gaji, dan mutasi guru,(c) mengatur program kesejahteraan guru,(d) mencatat kehadiran dan ketidakhadiran guru, dan(e) mencatat masalah atau keluhan-keluhan guru.
4) Bidang Keuangan, mencakup kegiatan:(1) menyiapkan rencana anggaran dan belanja sekolah,(2) mencari sumber dana untuk kegiatan sekolah,(3) mengalokasikan dana untuk kegiatan sekolah, dan(4) mempertanggungjawab-kan keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5) Bidang Sarana dan Prasarana, mencakup kegiatan:(1) penyediaan dan seleksi buku pegangan guru,(2) layanan perpustakaan dan laboratorium,(3) penggunaan alat peraga,(4) kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah,(5) keindahan dan kebersihan kelas, dan(6) perbaikan kelengkapan kelas.
6) Bidang Hubungan Masyarakat, mencakup kegiatan:(1) kerjasama sekolah dengan orangtua siswa,(2) kerjasama sekolah dengan Komite Sekolah,(3) kerjasama sekolah dengan lembaga-lembaga terkait, dan(4) kerjasama sekolah dengan masyarakat sekitar (Depdiknas, 2001).
Sedangkan ketika mensupervisi guru, hal-hal yang dipantau pengawas juga terkait dengan administrasi pembelajaran yang harus dikerjakan guru, diantaranya:
a. Penggunaan program semester
b. Penggunaan rencana pembelajaran
c. Penyusunan rencana harian
d. Program dan pelaksanaan evaluasi
e. Kumpulan soal
f. Buku pekerjaan siswa
g. Buku daftar nilai
h. Buku analisis hasil evaluasi
i. Buku program perbaikan dan pengayaan
j. Buku program Bimbingan dan Konselingk. Buku pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
2.5. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan
Dalam melaksanakan tugasnya, supervisor hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip supervisi. Menurut E. Mulyasaprinsip-prinsip supervisi antara lain:
1. hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkis,
2. dilaksanakan secara demokratis,
3. berpusat pada tenaga kependidikan (guru),
4. dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru),
5. merupakan bantuan profesional
Dalam buku Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan karangan Piet A. Sahertian mengemukakan prinsip supervisi antara lain :
1. Prinsip ilmiah (scientific), prinsip ini mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.
b) Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
c) Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinu.
1. Prinsip Demokratis
Layanan dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya.
1. Prinsip kerjasama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi ‘sharing of idea, sharing of experience’, memberi support mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
1. Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu mencipakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang menakutkan.
Sedangkan Oteng Sutisna mengemukakan prinsip dalam pelaksanaan kegiatan supervisi, yaitu:
1. Supervisi merupakan bagian integral dari program pendidikan yang bersifat kooperatif dan mengikutsertakan
2. Semua guru memerlukan dan berhak atas bantuan supervisi
3. Supervisi hendaknya disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan perseorangan dari personil sekolah
4. Supervisi hendaknya membantu menjelaskan tujuan-tujuan dari sasaran-sasaran pendidikan
5. Supervisi hendaknya membantu memperbaiki sikap dan hubungan dari semua anggota staf sekolah
6. Tanggung jawab bagi pengembangan program supervisi berada pada kepala sekolah bagi sekolahnya.
7. Efektivitas program supervisi hendaknya dinilai secara periodik.
Dengan demikian prinsip supervisi merupakan bagian yang sangat penting untuk dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan supervisi. Dalam pelaksanaan prinsip supervisi sangat terlihat dari peran kepala sekolah sebagai supervisor atau pengawas internal bagi sekolahnya dalam memajukan dan mengembangkan sekolahnya, sehingga dengan adanya pedoman.prinsip supervisi kepala sekolah diharapkan memberikan pelayanan yang baik tanpa ada pemaksaan kepada guru-guru atau personal.
2.6. Sasaran Supervisi Pendidikan
Supervisi pendidikan ditujukan kepada usaha memperbaiki situasi belajar mengajar. Yang dimaksud dengan situasi belajar mengajar adalah situasi di mana terjadi proses interaksi antara guru dan murid dalam usaha mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar menentukan mana yang benar dalam praktek mengajar karena mengajar adalah seni. mengajar dalam pekerjaan disekolah bukan pekerjaan yang mudah, sehingga kepala sekolah dalam demonstrasi pembelajaran tidak perlu mengakui kelemahan dan perlu mencarikan ahli yang dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran yang baik.
Sebetulnya apabila dicermati secara rinci, kegiatan supervisi yang sesuai dengan sasarannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu: supervisi akademik, supervisi ini lebih menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru unuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar mengajar. Dan yang kedua adalah supervisi administrasi, yang lebih menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran. Di samping dua macam supervisi yang disebut dengan objeknya atau sasarannya, ada lagi supervisi yang lebih luas yaitu supervisi lembaga dan akreditasi. Yang membedakan antara kedua hal tersebut adalah pelaku dan waktu dilaksanakannya. Supervisi lembaga dilakukan oleh orang yang ada di dalam lembaga yaitu kepala sekolah dan dari luar lembaga yaitu pengawas secara terus menerus, sedangkan supervisi akreditasi dilakukan oleh tim dari luar hanya dalam waktu-waktu tertentu. Tujuannya sama yaitu meningkatkan kualitas lembaga baik parsial maupun keseluruhan. Dengan kata lain yang menjadi sasaran atau objek supervisi akademik, supervisi administrasi, supervisi lembaga, dan supervisi akreditasi adalah sama yaitu meningkatkan kualitas lembaga, tetapi lingkup dan harapan tentang kualitasnya berbeda.
2.7. Metode & Teknik Supervisi Pendidikan
Tugas pengawas satuan pendidiakan ketika melaksanakan tugas pengawasaannya, haruslah memahami metode dan teknik supervisi akademik agar kegiatan supervise dapat dilaksanakan dengan baik dan hasil pembinaanya mencapai tujuan pembinaan. Ada beberapa metode dan teknik supervise yang dapat dilakukan pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok. (Made, 1992)
1. 1. Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor atau pengawas hany berhadapan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan menilai diri sendiri.
a) Kunjungan kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan Pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan kelas ini adalah untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah guru di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas, pengawas akan membantu permasalahan yang dialaminya.kunjungan kelas dapat dilakukan dengan pemberitahuan atau tanpa oemberitahuan terlebih dahulu, dan bias juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri.
Dalam melaksan akan kunjungan kelas, terdapat empat tahap, yaitu
1) Tahap persiapan, Pada tahap ini, pengawas merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas.
2) Tahap pengamatan, yaitu mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung.
3) Tahap akhir kunjungan, pada tahap akhir ini pengawas bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, setelah itu dilakukan tindak lanjut.
Ada beberapa criteria kunjungan kelas yang baik, yaitu;
1) Memiliki tujuan-tujuan tertentu.
2) Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru.
3) Menggunakan instrument observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif.
4) Terjadi interaksi antara Pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian.
5) Pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar mengajar.
6) Pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.
b) Observasi kelas
Observasi kelas secara sederhana dapat diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang tampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar. Secara umum yang diamati selama proses pembelajaran adalah:
1) Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran.
2) Cara penggunaan media pengajaran.
3) Reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
4) Keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.
Dalam pelaksanaan observasi kelas dilakukan beberapa tahap, yaitu:
1) Persiapan observasi kelas.
2) Pelaksanaan observasi kelas.
3) Penutupan pelaksanaan observasi kelas.
4) Penilaian hasil observasi.
5) Tindak lanjut.
Ketika supervisor/pengawas melaksanakan observasi kelas, sebaiknya menggunakan instrument observasi tertentu, antara lain evaluative check-list, activity check-list.
c) Pertemuan individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara Pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan professional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan masalah yang dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri; dan (4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
d) Kunjungan antar kelas
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Kegiatan ini dilakukan guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Melalui kunjungan antarkelas ini diharapkan guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas, dan sebagainya. Agar kunjungan antarkelas ini dapat berhasil dengan baik dan bermanfaat, maka harus ada beberapa hal yang diperhatikan antara lain:
1) Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Diupayakan agar mencari guru yang berpengalaman sehingga mampu memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi.
2) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
3) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.
4) Supervisor/pengawas hendaknya mengikuti acara ini denbgan cermat. Amatilah apa-apa yang ditampilakn secara cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu.
5) Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Missal, dengan percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
6) Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, yaitu dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
7) Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.
e) Menilai diri sendiri
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metode pengajarannya dalam mempengaruhi murid. Dengan demikian guru akan terdorong untuk mengembangkan diri secara professional.
Ada beberapa cara/alat untuk menilai diri sendiri yaitu:
1) Buat suatu pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas (buat dalam bentuk pertanyaan bias pertanyaan tertutup atau terbuka dan tidak perlu menyebut nama).
2) Menganalisis tes-tes terhadap unit kerja.
3) Mencatat murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara perorangan maupun secara kelompok.
1. 2. Teknik supervisi kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian pada kelompok ini diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang dihadapi.
Teknik supervisi kelompok ada beberapa diantaranya adalah:
a) Kepanitiaan-kepanitiaan
b) Kerja kelompok
c) Laboratorium kurikulum
d) Baca terpimpin
e) Demonstrasi pembelajaran
f) Darmawisata
g) Kuliah/studi
h) Diskusi panel
i) Perpustakaan jabatan
j) Organisasi professional
k) Bulletin supervisi
l) Pertemuan guru.
m) Lokakarya atau konferensi kelompok.
1. 3. Langkah-langkah pembinaan kemampuan guru
Ada beberapa langkah pembinaan kemampuan guru melalui supervisi akademik, yaitu
a) Menciptakan hubungan-hubungan yang harmonis
Langkah pertama dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru adalah menciptakan hubungan yang harmonis antara pengawas dan guru, serta semua pihak yang terkait dengan program pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Dalam upaya melaksanakan supervisi akademik diperlukan kejelasan informasi antar personil yang terkait. Tanpa adanya kejelasan, maka guru akan bingung, tidak tahu apa yang diharapkan oleh kepala sekolah, dan meyakini bahwa tujuan pokok dalam pengukuran kemampuan guru, sebagai langkah awal setiap pembinaan keterampilan pembelajaran melalui supervisi akademik. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi guru yang baik dan kurang terampil dala mengajar.
Untuk mewujudkan penciptaan hubungan yang harmonis diperlukan komunikasi yang efektif. Dalam komunikasi yang efektif memiliki sejumlah prinsip yang harus diterapkan oleh kepala sekolah, yaitu:
1) Berbicara sebijaksana dan sebaik mungkin.
2) Ikutilah pembicaraan orang lain secara seksama.
3) Ciptakan hubungan interpersonal antar personil.
4) Berpikirlah sebelum berbicara.
5) Ikutilah norma-norma yang berlaku pada latar sekolah.
6) Usahakanlah untuk memahami pendapat orang lain.
7) Konsentrasikan pada pesanmu, bukan pada dirimu sendiri.
8) Kumpulkan materi untuk mengadakan diskusi bila perlu.
9) Persingkat pembicaraan.
10) Ciptakan ketindaksanggupan
11) Bersemangatlah.
12) Raihlah sikap orang lain untuk membantu program.
13) Berkomunikasilah dengan “eye communication”.
14) Selalu mencoba.
15) Jadilah pendengar yang baik.
16) Ketahuilah kapan sebaiknya berhenti berkomunikasi.
b) Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan sebagai langkah kedua dalam pembinaan keterampilan pengajaran guru. Secara hakiki, analisis kebutuhan merupakan upaya menentukan perbedaan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan dan secara nyata dimiliki. Dalam rangka memenuhi prinsip ini diperlukan analisis kebutuhan tentang keterampilan pengajaran guru yang harus dikembangkan melalui supervisi pengajaran. Untuk melaksanakan kegiatan ini menggunakan langkah-langkah menganalisis kebutuhan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pendidikan-perbedaan (gap) apa saja yang ada antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang nyata dimiliki guru dan yang seharusnya dimiliki guru? Perbedaan di kelompok, disintesiskan dan diklarifikasi.
2) Mengidentifikasi lingkungan dan hambatan-hambatannya.
3) Menetapkan tujuan umum jangka pangjang.
4) Mengidentifikasi tugas-tugas manajemen yang dibutuhkan fase ini, seperti keuangan, sumber-sumber, perlengkapan dan media.
5) Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi tambahan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki guru. Pergunakanlah teknik-teknik tertentu, seperti; mengundang konsultan dari luar sekolah, wawancara, dan kuesioner.
6) Mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan-kebutuhan khusu pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Pergunakanlah kata-kata perilau atau performasi.
7) Menetapkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan pembelajaran guru yang bias dibina
8) Mencatat dan member kode kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan pembelajaran guru yang akan dibina melalui cara-cara lainnya.
c) Mengembangkan strategi dan media
d) Menilai
e) Revisi.
2.8. Kompetensi dasar Supervisor dan Pendekatan Supervisi
Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang supervisor dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya, antara lain sebagai berikut :
1. Human Relations
Kunci sukses pembimbingan dan bantuan professional kepada para guru terletak pada proses interaksi antar sesame. Komunikasi efektif merupakan media keterampilan human relations. Pesan perlakuan professional sehebat apapun tidak akan sampai jika pesan tersebut tidak ssampai secara efektif ke guru-guru. Pesan akan sampai ke communicant jika proses interaksi itu terjadi baik secara langsung atau tidak langsung.
1. Administrasi
Kemampuan administratif merupakan alat penting dalam mengelola lembaga agar bias berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan pendidikan. Seorang supervisor harus memiliki kemampuan merencanakan, mengorganisir personel dan sumber daya lainnya, menggerakkan serta mengawasi. Supervisor adalah seorang pemimpin, sudah seharusnya dia mengetahui apa yang harus dilakukan untuk membawa orang-orang dan lembaga dalam rangka mencapai tujuan. Kepemimpinan dan administrasi diibaratkan ruh dan jasadnya.
1. Evaluasi
Kemampuan evaluasi diperlukan berkaitan dengan peran supervisor itu sendiri sebagai pembimbing dan pembantu pertumbuhan profesionalitas para guru. Untuk mampu membimbing dan membantu diperlukan informasi dan bahan-bahan yang tepat mengenai akar permasalahan yang ditemui oleh para guru. Oleh karena itu, kemampuan evaluasi sangat diperlukan oleh seorang supervisor.
Dalam pelaksanaannya, proses supervise meliputi tiga pendekatan, yaitu :
a) Supervisi artistik
Proses supervisi merupakan suatu hal yang tidak bias dijelaskan secara rasional. Kreativitas supervisor memiliki peran yang dominan dalam memperbaiki kualitas pelayanan pendidikan.
b) Supervise saintifik
Proses supervisi yang dilaksanakan haruslah berdasarkan empirica evidence, sistematis dan ilmiah. Segala hal harus berdasarkan atas fakta dan data. Dalam implementasinya, segala aktivitas supervise harus berdasarkan aktivitas penelitian.
c) Supervise klinis
Proses supervisi dilakukan dalam rangka mengobati. Perbaikan penampilan guru dalam mengajaradalah tujuannya. Pendekatan ini mengajarkan bagaimana guru dikenalkan dengan ilmu dan keterampilan didaktik metodik yang baikdan benar, mengadministrasi pengajaran. Supervise klinis diterjemahkan sebagai suatu proses bimbingan dan bantuan yang diberikan dalam rangka memperbaiki keterampilan guru dalam mengajar di kelas.
2.9. Langkah-langkah supervisi
Supervisi dilakukan secara cermat sehingga hubungan antara supervisor dengan klien bersifat sejajar dan terbuka. Untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal. Maka dilalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pertemuan pendahuluan
Kegiatan yang dilkukan antara lain :
a. Menciptakan suasana kekeluargaan antara guru dengan supervisor (establish rapport) agar komunikasi selama kegiatan dapat berjalan dengan efektif.
b. Membuat kesepakatan (contract) antara guru dengan supervisor tentang aspek proses belajar mengajar yang akan dikembangkan dan ditingkatkan (misalnya keterampilan bertanya, cara memotivasi siswa).
Secara singkat, pertemuan pendahuluan ini akan disepakati mengenai :
1) Sasaran atau keterampilan mengajar yang akan diamati secara cermat oleh supervisor
2) Strategi observasi yang akan dilaksanakan
3) Panduan atau instrumen observasi yang akan digunakan
4) Criteria atau tolok ukur yang akan digunakan dalam pengisisan observasi
1. Perencanaan oleh guru dan supervisor
Kegiatan yang dilakukan antara lain :
1. Persiapan mengajar tertulis yang sudah dibuat terlebih dahulu untuk dibicarakan kekurangan-kekurangan yang mungkin masih perlu dibenahi, serta membicarakan bagian dari persiapan tertulis tersebut yang akan mendapat perhatian khusus.
2. Persiapan media atau alat-alat pelajaran yang akan digunakan sekaligus strategi penggunaannya.
3. Cara-cara mencatat atau perekaman data yang akan digunakan oleh supervisor serta arah pengambilan data. Hgal ini perlu dibicarakan agar guru tidak merasa terganggu pada waktu sedang beraksi.
4. Pelaksanaan latihan mengajar dan observasi
Pada waktu ini guru melaksanakan mengajar sedangkan suoervisor melakukan pengamatan secara cermat dengan menggunakan observasi. Dalam melakukan observasi, kegiatan yang dilakukan antara lain :
1. Pengamata dilakukan secara terus menerus selama guru mengajar, tetapi hanya menekankan dan mencatat bagian yang menjadi sasaran saja, sedangkan bagian yang lain dicatat kesan umumnya saja.
2. Pengamatan intensif dilakukan setiap selang beberapa menit dan dalam jangka waktu tertentu.
Beberapa alternative yang biasa dilkukan adalah :
1. Periode 5 menit, yaitu mengamati 5 menit, berhenti 5 menit, mengamati lagi 5 meit, berhenti lagi 5 menit, dan seterusnya.
2. Periode 10-5, yaitu mengamati 10 menit, berhenti 5 menit, mengamati lagi 10 menit, dan seterusnya.
3. Mengamati terus menerus tetapi pencatatan dilakukan setiap 2 menit atau 4 menit.
4. Mengadakan analisis data
Hal-hal yang perlu didiskusikan antara lain :
1. Kesenjangan antara apa yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya
2. Hasil rekaman baik ynag dituliskan dalam instrumen observasi maupun dalam kaset (apabila rekaman dilakukan dengan foto atau film tentu saja belum bias diikutkan untuk didiskusikan saat ini).
3. Cara atau strategi yang digunakan dalam penyampaian umpan balik. Apabila disepakati bahwa umpan balik disampaikan secara tertulis agar terdokumentasikan dengan baik maka setelah selesai diskusi analisis data rekaman, supervisor menuliskan kesimpulan akhir untuk umpan balik kepada guru.
1. Diskusi memberikan umpan balik
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan umpan balik yang dilakukan oleh supervisor kepada guru yang sedang berlatih mengajar meningkatkan keterampilannya. Pemberian umpan balik haruis dilakukan dengan segera dan objektif mengenai sasaran yang telah dibicarakan dalam pertemuan pendahuluan. Sehubungan dengan pemberian umpan balik, terdapat rambu-rambu sebagai berikut :
1. Sesudah latihan selesai, (calon) guru diminta untuk mengungkapkan persepsi/ kesannya mengenai kegiatan mengajar yang ia lakukan.
2. Supervisor bersama-sama dengan guru menganalisis kegiatan tersebut langkah demi langkah dilengkapi dengan data hasil pengamatan supervisor. Hal penting dalam langkah ini adalah melatih guru agar dapat melakukan penilaian terhadap diri sendiri.
3. Dalam mengidentifikasi hal-hal yang sudah baik dan kekurangan dalam latihan, supervisor tidak boleh menunjuk dengan tegas dan keras secara langsung tetapi melalui pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali dan mengorek kelemahan sendiri sehingga akhirnya guru menyadari kelemahannya.
4. Hal yang perlu diingat bahwa dalam langkah ini supervisor harus sekali-kali memberikan pujian, ulasan positif, penguatan, penghargaan terhadap guru agar ada perasaan puas dean bangga, sehingga tumbuh kemauan keras untuk memperbaiki diri.
5. Pada akhir diskusi, supervisor bersma-sama guru menarik kesimpulan dari latihan yang baru saja dilakukan yaitu hal-hal yang sudah berhasil dan yang masih harus diperbaiki pada lain kesempatan.
Bab 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.1. Supervisi dapat dirumuskan sebagai serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru tersebut pula.
1.2. Secara teoritis yang menjadi objek supervisi ada dua aspek, yaitu:
1.2.1. Aspek manusianya, seperti sikap terhadap tugas, disiplin kerja, moral kerja, kejujuran, ketaatan terhadap peraturan organisasi, kerajinan, kecakapan kerja, kemampuan dalam bekerja sama, watak;
1.2.2. Aspek kegiatannya, seperti cara bekerja kerja (cara mengajar), metoda pendekatan terhadap siswa, efisiensi kerja, dan hasil kerja.
1.3. Tujuan supervisi pendidikan digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu:
1.3.1. Tujuan Umum Supervisi pendidikan
1.3.2. Tujuan Khusus Supervisi Pendidikan
1.4. Fungsi supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga mengembangkan potensi kualitas guru
1.5. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan supervisi antara lain :
1.5.1. Prinsip ilmiah (scientific), prinsip ini mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
1.5.2. Prinsip Demokratis
1.5.3. Prinsip kerjasama
1.5.4. Prinsip konstruktif dan kreatif
1.6. Sasaran dari upervisi pendidikan ditujukan kepada usaha memperbaiki situasi belajar mengajar.
1.7. Metode dan teknik supervisi pendidikan:
1.7.1. Teknik supervisi individu
1.7.2. Teknik supervisi kelompok
1.8. Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang supervisor dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya yaitu human relations, administrasi dan evaluasi
1.9. Langkah-langkah supervisi :
1.9.1. Pertemuan pendahuluan
1.9.2. Perencanaan oleh guru dan supervisor
1.9.3. Pelaksanaan latihan mengajar dan observasi
1.9.4. Mengadakan analisis data
1.9.5. Diskusi memberikan umpan balik
3.2 Referensi
• Ametembun, N.A. 1981. sekolah. Bandung: IKIP Bandung.
• Arikunto, Suharsimi. 1
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
sanat suka
syukron katsiron...
Posting Komentar